Mengenal Rekes Tarawangsa yang Ikut Mewarnai Launching Pasar Bambu

oleh -920 views
oleh

BANDUNG – Launching Destinasi Digital Pasar Bambu turut diwarnai atraksi musik tradisional Rekes Tarawangsa. Kesenian tradisional tersebut juga memiliki nilai history luar biasa. Sebab, ada kaitannya dengan Nyi Pohaci Sanghyang Dangdayang Asri atau Dewi Sri (Dewi Asri).

Launching Pasar Bambu dilakukan Jumat (11/10) lalu. Launching dilakukan langsung Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.

“Tarawangsa ini sangat unik. Alunan musik yang dihasilkan sangat lembut menghanyutkan. Secara history, Tarawangsa juga menarik. Kehadirannya membuat destinasi di Jawa Barat ini semakin berwarna. Silahkan buktikan sendiri dengan berkunjung ke Jawa Barat,” ungkap Arief.

Tarawangsa bisa dijumpai di beberapa daerah di Jawa Barat. Seperti Rancakalong (Sumedang) hingga Cibalong dan Cipatujah di Tasikmalaya. Ada juga Banjaran di Bandung.

Tarawangsa dilakukan 2 orang. Masing-masing ada 1 pemain Tarawangsa dan Jentreng. Pada masanya, Tarawangsa disajikan berkaitan dengan upacara padi. Rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Mengiringi musik, Saehu atau Saman (Pria) dan Wanita menari secara teratur. Gerakannya tidak terikat aturan pokok, kecuali yang dilakukan Saehu dan Penari Wanita. Mereka punya tugas ‘ngalungsurkeun’ Dewi Sri dan para leluhur.

“Tarawangsa sangat menarik. Siapapun akan terhanyut dibuatnya. Saya sangat menikmati Tarawangsa ini saat Launching Pasar Bambu. Para pengunjung lainnya terlihat enjoy. Komposisi kesenian tradisional tersebut makin unik dengan lagu-lagu yang dibawakannya,” terang Arief yang juga Menpar Terbaik ASEAN.

Menghasilkan bunyi indah, Tarawangsa diklasifikasikan sebagai chordophone. Sub klasifikasinya neck-lute. Untuk Jentreng masuk sebagai chordophone sub zither. Tarawangsa terbuat dari kayu kenanga, jengkol, dadap, dan kemiri. Tarawangsa ini biasanya dikombinasikan dengan 2 perangkat calung rantay, suling, dan nyanyian.

Ada beberapa lagu pokok dari Tarawangsa. Sebut saja Pangemat, Pangapungan, Pamapag, Panganginan, Paniman, Lalayaan, dang Bangbalikan.

“Tarawangsa memang fenomenal. Kadang karena hanyut oleh irama musiknya yang mendayu, seseorang bisa ikut menari. Lagu-lagunya unik, bahkan setiap daerah memiliki kekhasannya masing-masing. Yang jelas Tarawangsa ini menjadi kekayaan destinasi Jawa Barat,” papar Kadispar Kabupaten Bandung Agus Firman Zaelani.

Tarawangsa berasal dari kata Ta-Ra-Wangsa. Diadopsi dari kosa kata Sunda, Ta mengacu ‘Meta’ dengan makna pergerakan. Untuk Ra berarti ‘Api Agung’ atau dalah Bahasa Mesir menunjuk ‘Matahari’. Wangsa sinonim dari kata ‘Bangsa’. Jadi, Ta-Ra-Wangsa itu bisa dianalogikan sebagai ‘kisah kehidupan bangsa matahari’.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *