Menpar Arief Yahya: Musuh Kita Bukan Kita, Malaysia!

oleh -1,337 views
oleh

JAKARTA – Menpar Arief Yahya di banyak forum selalu memposisikan bahwa rival profesional Wonderful Indonesia adalah Thailand. Sedangkan “musuh” emosionalnya adalah Malaysia. Dua negara itu masih lebih banyak jumlah wisman nya dibandingkan Indonesia. “Karena itu harus terus fokus, kita kejar ketinggalan,” ungkap Menpar Arief Yahya di The Kaldera Danau Toba.

Musuh kita bukan kita sendiri, bukan sesama kekuatan bangsa. Tetapi persaingan dengan negara tetangga yang juga agresif dalam manajemen pariwisata.

Branding Wonderful Indonesia yang diluncurkan untuk mendongkrak pariwisata terus mengalami progres yang makin pesat. Tahun ini, Wonderful Indonesia bersaing ketat dengan Malaysia pada Rank I Global Muslim Travel Index (GMTI) – Mastercard Report 2019.

“Selama bertahun-tahun, kita belum bisa mengejar Malaysia yang melegenda di halal tourism. Mereka sudah puluhan tahun eksis, dan kita baru 4 tahun ini super agresif. Peringkat kita naik pelan-pelan, tetapi tahun ini kami ingin mengejak juara bertahan Malaysia,” ungkapnya.

Di ITB Berlin 2019, awal tahun ini, Malaysia tampil all out sebagai Country Partner ITB Berlin, pameran pariwisata terbesar di dunia. Di Opening Ceremony mereka menguasai main stage, lalu welcome dinner yang super mewah.

“Salah satu konten yang dipasarkan adalah moslem friendly. Selain alam, budaya, yang mirip Indonesia,” kata Ariwf Yahya.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti menambahkan, masuknya Wonderful Indonesia pada Rank I GMTI Mastercard Report 2019 tentu bukan sesuatu yang kebetulan. Kenyataannya, Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia.

“Presiden kita muslim, begitu pun dengan wakil presiden dan jajaran kabinet, mayoritas muslim. Kita juga punya 3 destinasi halal, NTB, Sumber dan Aceh. Karena itu kita punya modal kuat, untuk memenangkan di Rank I GMTI – Mastercard Reporr 2019. Saatnya kita kalahkan Malaysia.

Terkait seberapa besar peluang Wonderful Indonesia keluar sebagai juara, Guntur enggan berprediksi. Namun, dari tahun ke tahun peringkat Wonderful Indonesia selalu menunjukkan prestasi yang menggembirakan di GMTI.

Tahun 2016, Indonesia berada diperingkat 6. Selanjutnya tahun 2017 di peringkat 4, dan tahun 2018 di peringkat 2. Lantas akankah tahun ini bakal menempati posisi terhormat di peringkat 1? Menpar Arief Yahya pun memohon dukungan seluruh masyarakat Indonesia, untuk mendoakan agar Indonesia menempati posisi teratas, menggeser Malaysia.

“Semoga kita membaik. Kita tunggu launching GMTI 9 April 2019 nanti. Kita juga akan perkuat branding Wonderful Indonesia Halal Tourism,” ucapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, halal travel telah menjadi tren global yang sangat menjanjikan saat ini dan masa depan. Sejak tahun 2000 hingga 2020, GMTI menghitung jumlah wisatawan muslim dunia terus tumbuh 27% per tahun.

Dan diprediksi akan mencapai 158 juta dengan total belanja 3.080 triliun. Angka pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan wisatawan dunia sebesar 6,4% per tahun versi WTTC (2018).

“Pesatnya pertumbuhan pariwisata halal global juga diraih Indonesia. Pertumbuhan pasar pariwisata halal Indonesia pada tahun 2018 mencapai 18%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara muslim mencapai 2,8 juta dengan raihan devisa lebih dari Rp40 triliun,” ungkapnya.

Menurutnya, Mastercard GMTI digunakan untuk mempercepat kesiapan destinasi pariwisata halal nasional dalam bersaing secara global. Standar yang dinamakan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) menggunakan 4 kriteria terukur. Meliputi access, communication, environment, dan services.

“Peluncuran IMTI bertujuan untuk menentukan peringkat destinasi pariwisata nasional sebagai destinasi yang ramah kepada wisatawan muslim, baik wisatawan mancanegara maupun nusantara,” imbuhnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, tahun ini pihaknya menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara muslim sebanyak 5 juta orang dan menjadi ranking 1 destinasi pariwisata global versi GMTI.

“Untuk memenangkan persaingan, kita harus menggunakan standar global. Kesiapan stakeholders destinasi dalam menerapkan standar global pariwisata halal menjadi sangat penting. Ini sangat mempengaruhi kualitas dan tingkat pengembangan pariwisata halal Indonesia,” ucapnya.

Lagi-lagi Menpar Arief menyebut, tahun 2019 adalah tahun kedua penerapan standar global GMTI dalam menilai kinerja destinasi pariwisata halal unggulan nasional. Adapun 10 destinasi pariwisata halal unggulan nasional yaitu: Lombok, Aceh, Jakarta, Sumatera Barat, Yogyakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Malang Raya, Jawa Tengah, serta Makasar dan sekitarnya.

“Kementerian Pariwisata akan terus mendorong berkembangnya destinasi pariwisata halal lainnya. Semakin banyak pilihan destinasi, akan memperkuat posisi daya saing pariwisata halal Indonesia,” tandasnya.

Hasil IMTI 2019 sendiri akan diluncurkan pada Senin (8/4) mendatang. Penghargaan destinasi pariwisata halal nasional terbaik akan diberikan kepada 5 destinasi. Penilaian IMTI 2019 secara independen langsung dilakukan oleh Master Card-Crescent Rating. Capaian ini akan menjadi modal kuat bagi upaya Indonesia menjadi yang terbaik sebagai destinasi pariwisata halal global GMTI 2019. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *