Meriah, Festival Imlek Tanjung Pinang Ditutup dengan Semarak Budaya Nusantara

oleh -1,921 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, TANJUNG PINANG – Festival Imlek di Tanjung Pinang, resmi ditutup dengan perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di Jalan Merdeka, Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (19/2) malam.

Perayaan Cap Go Meh diwarnai semarak budaya nusantara lewat kehadiran berbagai penampilan budaya yang dibawakan beragam komunitas etnis yang ada di Kota Gurindam itu. Mulai dari barongsai yang merepresentasikan budaya Tionghoa, Bujang Dara yang merepresentasikan budaya melayu, hingga reog dan kuda lumping yang berasal dari Pulau Jawa.

Perayaan yang dipadati ribuan warga Tanjung Pinaang beserta wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara itu dihadiri Walikota Tanjung Pinang Syahrul dan Kasubbid Pemasaran Area II A Kemenpar (Kepri dan Riau) Raminah.

Walikota Syahrul mengucapkan terima kasih atas dukungan Kemenpar terhadap festival budaya yang diselenggarakan di Tanjung Pinang. Rangkaian Festival Imlek di Tanjung Pinang sudah dihelat sejak 5 Februari silam. Di sela-sela Festival Imlek, juga dihelat Festival Pulau Penyengat pada 14-18 Februari lalu.

Syahrul menegaskan, pariwisata merupakan sektor yang amat penting bagi Tanjung Pinang. Terlebih sektor tersebut memberikan dampak langsung kepada masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial.

“Terima kasih atas dukungan penuh Kemenpar. Semoga Tanjung Pinang bisa terus didukung dalam event pariwisata berikutnya,” kata Syahrul usai menghadiri perayaan Cap Go Meh, Selasa (19/2) malam.

Tanjung Pinang bersama dengan Batam dan Kabupaten Bintan tercatat menjadi kabupaten/ kota yang jadi tujuan wisatawan. Kepri sendiri merupakan tiga besar penyumbang wisatawan mancanegara bagi Indonesia.

Di sisi lain, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjung Pinang Syafaruddin menambahkan, keberagaman yang ada di Tanjung Pinang menjadi modal tersendiri dalam mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan sejarah. “Kita tentu akan terus berbenah agar ke depan sajian budaya semakin bagus dan meriah,” tandasnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizky Handayani mengaku amat terkesan dengan perayaan Cap Go Meh di Kota Gurindam tersebut. Animo masyarakat pada kegiatan ini sangat tinggi. Tionghoa dan Melayu menyatu dengan damai dalam balutan budaya yang universal.

“Indah sekali melihat ragam budaya yang ditampilkan dalam sebuah kesatuan acara seperti yang tersaji di sini. Saya berharap penyatuan ini tidak hanya terjadi satu arah. Jika sekarang budaya nusantara meramaikan Cap Go Meh, mungkin lain waktu giliran budaya Tionghoa berpartisipasi dalam pentas kegiatan Melayu,” ujarnya.

Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati mengatakan, harmonisasi budaya ini tentu bukan tercipta tanpa sengaja. Pemerintah daerah mempunyai peran penting dalam mengarahkan warganya. Kerukunan antar etnis yang terjalin baik, seolah mematahkan anggapan bahwa masyarakat Indonesia mulai terkotak-kotak.

“Cap Go Meh bukan hanya jadi sajian budaya Tionghoa dan Kepri saja. Tapi sudah tampil sebagai etalase budaya Nusantara. Setidaknya itu terlihat dari penampilan Kuda Lumping dan Reog Ponorogo yang ikut dalam pawai budaya kali ini,” tegasnya.

Kabid Pemasaran area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Diana Tikupasang menjelaskan, perayaan Cap Go Meh semakin memperkaya atraksi pariwisata di Tanjung Pinang. Tak heran jika daerah ini menjadi salah satu pendulang wisman di Indonesia.

“Secara umum, kekuatan sektor pariwisata di Kepulauan Riau tak bisa dipandang sebelah mata. Semua ada di sini. Mulai dari wisata alam, wisata olahraga, wisata budaya, hingga wisata kuliner. Tanjung Pinang sebagai bagian dari Kepri juga turut andil dalam pemenuhan target kunjungan wisman sebesar 4 juta orang di tahun 2019,” ungkapnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, perayaan Cap Go Meh secara otomatis akan mengangkat pariwisata Tanjung Pinang, atau Kepulauan Riau secara umum. Terlebih, banyak wisatawan mancanegara yang turut hadir pada kegiatan ini.

“Kita berharap semua wisatawan yang hadir merasa puas dengan pawai budaya yang ditampilkan. Sebab, sejauh ini budaya masih jadi magnet terbesar untuk menarik wisman. Tak kurang dari 60 persen wisman datang ke Indonesia karena budaya,” tandasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *