Musik Bambu Klarinet dan Save Bunaken Iringi Puncak Festival Bunaken 2018

oleh -2,539 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Puncak Festival Pesona Bunaken 2018 digelar meriah. Pengunjung dihipnotis oleh alunan Musik Bambu Klarinet. Kemerduannya menyatu dengan nuansa eksotis Taman Laut Bunaken, Manado, Sulawesi Utara (Sulut).

Festival Pesona Bunaken 2018 dihelat mulai 19 dan berakhir 22 Juli 2018. Pembukaan event ini digelar di Manado Town Square, Kamis (19/7) lalu. Puncak acaranya digelar di Tanjung Pasir Bunaken, Sulut, Sabtu (21/7). Sedangkan penutupannya dilakukan di Kawasan Teluk Manado, Minggu (22/7).

“Puncak acara Festival Pesona Bunaken ini berakhir baik. Nuansanya semakin menarik dengan alunan musik klarinet. Kami memang ingin memberikan nuansa berbeda kepada wisatawan yang berkunjung di sini, dan tentu saja setiap tahunnya harus berbeda,”ungkap Kepala Dinas Pariwisata Sulut Daniel Mewengkang, Sabtu (21/7).

Disajikan meriah, kawasan Tanjung Pasir Bunaken pun dipenuhi oleh wisatawan. Hadir juga Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Provinsi Sulut Edison Humiang, hingga Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauzi.

“Kami gembira karena respons besar ditunjukan oleh publik. Kami juga mengapresiasi Kemenpar atas support yang diberikan. Setiap tahun kami selalu berikan konsep beda. Tujuannya bisa menghadirkan pengalaman baru kepada para wisatawan,mohon maaf jika ada kekurangan, tapi kami akan terus tampil baik,”terang Daniel.

Ada sensasi berbeda pada acara puncak ini. Yaitu pertunjukan Kreasi Seni Save Bunaken. Event ini menampilkan pesan dari Bunaken. Isu lingkungan ditiupkan agar kawasan eksotis Bunaken ini tetap terjaga. Ada juga pertunjukan Fashion Show Batik asli Sulut. Karya terbaik ini disajikan oleh Tomohon Sizzy Matindas. Dihelat juga Show Karnaval Custom Mars Entertainment.

“Potensi besar dimiliki oleh Sulut. Melalui event ini, kami coba perkenalkan sisi lain dari eksotisnya Bunaken. Bukan hanya nature, culture di sini juga sangat kuat,” ujarnya.
Kekuatan culture tersebut disajikan lewat beragam tarian. Puncak event pun menyajikan lomba Tari Molead yang diikuti oleh penari yang berasal Sulut. Tarian ini berasal dari daeah Bolaang Mongondow, wilayah Kota Kotamobagu. Tari Molead ini pada hakikatnya gambaran adat meratakan gigi.

Prosesi ini biasanya diberikan menjelang acara pernikahan. Lokasinya di rumah mempelai wanita. Prosesi Tari Molead dilakukan untuk mengubah penampilan dan aura dari mempelai wanita.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauzi menerangkan, Sulut merupakan kawasan besar yang menjadi konservasi alam dan budaya.

“Kawasan Sulut bisa dikatakan konservasi alam dan budaya. Wilayah ini sangat kaya, baik alam juga budayanya. Mereka juga memiliki gagasan besar terkait event. Tujuannya menambah popularitas dari destinasi di sini sehingga semakin banyak menarik minat kunjungan wisatawan,” tegasnya.
Setelah Festival Pesona Bunaken sukses digelar, Sulut menyiapkan sport tourism. Konsep ini dipadukan dengan kuatnya pesona wisata bahari di Sulut. Yang pilih adalah, Formula One untuk jet boat. Konsep ini menjadi yang pertama di tanah air. Event serupa telah digelar di Malaysia dan Singapura.

Sulawesi Utara memang terus membenahi sektor pariwisatanya. Termasuk peningkatan kualitas dan layanan di Bandara Sam Ratulangi, juga Naha dan Melonguane. Runway juga terus diperpanjang hingga 3.000 meter. Terkait amenitas, Sulut juga banyak memiliki home stay sebagai penopang hotel. Saat ini okupansi hotel di Sulut mencapai 80% hingga 90%.

Menteri Pariwisata Arief Yahya berharap dari tahun ke tahun mengalami perbaikan.
“Sulut ini memang yang terbaik dari berbagai aspek. Atraksi, amenitas, dan aksesibilitasnya luar biasa. Kami yakin, dengan gagasan besar dan potensi yang dimilikinya, wilayah ini akan terus dikunjungi wisman,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *