NATAS 2019 Jadi Investasi Jangka Panjang Pariwisata Indonesia

oleh -1,342 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, SINGAPURA – Pameran NATAS 2019 jadi investasi jangka panjang pariwisata Indonesia. Wonderful Indonesia hanya mengejar value melalui branding dan advertisingnya. Sebab, nilai transaksi kompetitif program B to C ini berada di kisaran Rp10 Miliar.

Untuk kali kesekian, Indonesia ambil bagian di NATAS, Singapura. Tahun ini, NATAS digelar pada 22-24 Februari. Lokasi pameran ini berada di Hall 5, Singapore Expo, Singapura. Menjadi event terbesar yang dimiliki Singapura, value ekonomi kompetitif dimiliki NATAS 2019. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan, NATAS potensial untuk branding.

“Indonesia saat ini berada di NATAS 2019 Singapura. Kami hanya mengejar kekuatan dari brandingnya. Sebab, ada beberapa negara yang terlibat. Kalau menghitung nominalnya tentu masih kalah jauh dengan potensi transaksi dari pameran lainnya,” ungkap Menpar, Jumat (22/2).

NATAS tahun lalu memberikan inkam positif bagi industri pariwisata. Pada pameran 2018, nilai total transaksi yang dihasilkan Rp9,2 Miliar. Jumlah ini naik 64% pada dari event 2017. Waktu itu, TA/TO ini mampu menjual paket wisata 3.118 pax. Jumlah pax ini juga naik 35% dari tahun 2017. Hasil di NATAS ini berbeda dengan postur di pameran ITB Berlin.

Potensi transaksi ITB Berlin sudah berada di grid triliunan. Pada ITB Berlin 2017, Indonesia ini berhasil mendulang transaksi Rp8 Triliun. Jumlah ini naik 33,3% dari tahun sebelumnya. Sebab, Indonesia hanya membukukan transaksi Rp6 Triliun pada 2016. Dengan profil tersebut, Indonesia pun mematok target Rp10 Triliun pada ITB Berlin 2018.

“Natas ini konsepnya B to C. Berbeda dengan ITB Berlin yang memakai B to B. Saat berada di ITB Berlin, maka transaksinya akan maksimal. Jumlahnya besar, bisa Rp10 Triliunan. Pola transaksi yang diterapkan ini otomatis berpengaruh secara menyeluruh,” terang Menpar lagi.

Menggunakan format B to C, NATAS langsung mempertemukan industri dengan konsumen. Otomatis jumlah transaksi yang dihasilkan bersifat satuan. Berbeda dengan konsep B to B. Metode pameran ini sama-sama mempertemukan pelaku industri pariwisata. Entah itu sellers atau buyers-nya. Menpar lalu menambahkan, untuk nilai transaksi dari NATAS menjadi target antara.

“Nilai transaksi dari NATAS tidak akan besarkarena B to C. Jumlah pax transaksi per TA/TO ini kalau dikumpulkan juga belum maksimal. Berbeda dengan format B to B yang bersifat massal. Sekali transaksi bisa 1.000 pax, bukan satuan lagi. Tapi, di sini ada target antara. Dari NATAS ada misi besar yang kami miliki dan ini yang dibidik,” papar Menpar.

Menteri asal Banyuwangi tersebut menambahkan, NATAS menjadi treatment untuk menaikan branding dan advertising. Sebab, nilai sellingnya hanya berkisar Rp10 Miliar. “Kami sudah tidak fokus di selling. Justru branding dan advertising ini yag utama. Ada value besar dari NATAS ini untuk jangka panjang. Point utamanya tetap publikasi dan promosi besar-besaran. Value ini lebih tinggi dari selling,” tegasnya.

Dari aspek administrasi, NATAS ini juga memberlakukan regulasi ketat. Sebab, hanya member NATAS yang diizinkan melakukan transaksi. Namun, toleransi diberikan bagi TA/TO asal Indonesia. Mereka ini diizinkan bertransaksi, tapi posturnya kecil. “Yang bukan anggota NATAS itu tidak boleh jualan, tapi ada toleransi. TA/TO ini diizinkan bertransaksi, tapi jualannya kecil-kecilan,” paparnya lagi.

Membidik branding dan advertising besar, Indonesia pun menjual destinasi baru. Ada Silangit di Danau Toba, Sumatera Utara. Destinasi pariwisata Belitung juga dilibatkan, selain Banyuwangi di Jawa Timur. Dilibatkannya 3 destinasi ini sebagai insentif untuk memperkuat industri penerbangan. Sebab, destinasi ini banyak memiliki direct flight baru.

“Sejak awal komitmen kuat diberikan oleh Kemenpar. Kami naikan promosi daerah untuk mendukung pergerakan wisatawan. Dengan begitu, industri penerbangan tetap kompetitif. Bagaimanapun, atraksi, akesibilitas, dan amenitas ini menjadi kesatuan,” tutup Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani didampingi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *