Nuansa Khas Bali Hadir di Festival Keraton Kesultanan Buton 2019

oleh -912 views
oleh

BAUBAU – Festival Keraton Kesultanan Buton 2019, 12-17 Oktober, menyajikan keanekaragaman di Sulawesi Tenggara. Salah satunya lewat Desa Ngkari Ngkari, Bungi, Baubau, Sulawesi Tenggara. Di tempat ini, wisatawan akan berasa ada di Bali. Karena, desa ini memiliki aneka ornamen arsitektur khas Pulau Dewata lengkap dengan budayanya. Destinasi ini disebut juga sebagai ‘Little Bali’.

Desa Ngkari Ngkari berjarak sekitar 20 menit dari pusat Kota Baubau. Berada di sisi luar kota, view eksotis hamparan sawah langsung menyapa para wisatawan di perbatasan desa. Lebih menarik, di tiap sudut sawah diletakan tempat sesaji khas Bali.

“Ngkari Ngkari ini desa transmigrasi dari Bali. Semua warna budaya Bali di bawa ke sini. Berdampingan dengan budaya asli masyarakat Buton. Karena mayoritas pendatang dari Bali, suasananya dan ornamen desanya seperti Bali. Sesekali kami mendapat kunjungan wisman karena keunikan yang ditawarkan,” ungkap Tokoh Masyarakat Ngkari Ngkari I Wayan Wendra, Rabu (16/10).

Desa Ngkari Ngkari menjadi tujuan transmigrasi sejak 1978. Para transmigran berasal dari Singaraja, Badung, Tabanan, Bangli, juga Karangasem. Desa Ngkari Ngkari dihuni sekitar 480 kepala keluarga.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Baubau Ali Arham mengatakan, Desa Ngkari Ngkari memperkaya budaya Sulawesi Tenggara dan Baubau.

“Desa Ngkari Ngkari sangat kental dengan nuansa Bali. Nuansa desanya sangat hijau dengan beragam hasil pertanian. Warna Bali di sini semakin memperkaya budaya di Baubau. Wisatawan bisa mendapat beragam experience saat berada di sini. Selain budaya khas Buton, mereka bisa menikmati nuansa Bali lengkap dengan beragam aktivitas adatnya,” kata Ali.

Setiap rumah di Desa Ngkari Ngkari dilengkapi dengan Penunggu Karan atau Pura. Ada juga bangunan Bathara Dilebuh pada pintu masuk, Bathara Gura atau familiar disebut Sanggah Kemulan. Bathara Gura ini menjadi tempat untuk memuliakan leluhur. Rumah masyarakat juga dilengkapi bangunan khusus penjaga. Semua bangunan itu bercorak arsitektur Bali.

“Destinasi Baubau khas dengan Desa Ngkari Ngkari. Sebab, di sini bisa dikatakan jadi pusat budaya Bali di Baubau. Konsep Little Bali di Baubau sama dengan Little India di Medan (Sumatera Utara). Di sana juga wisatawan bisa menikmati beragam budaya India. Sebagai destinasi, Baubau ini sangat komplet,” terang Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty.

Menjadi destinasi wisata bernuansa Bali di Baubau, Desa Ngkari Ngkari menawarkan beberapa spot unik. Ada Bali Blessing dan Kelapa Gading bagi para pecinta wisata air. Destinasi ini juga menawarkan Kampung Wonco dengan konsep ‘planologi’ seperti di Bali seutuhnya. Esthy pun menambahkan, Desa Ngkari Ngkari dan Baubau menjadi destinasi ramah bagi wisatawan.

“Baubau destinasi wisata yang luar biasa. Beragam budaya hidup berdampingan secara damain di sana, termasuk Bali. Hal ini menjadi gambaran ramah masyarakat Baubau sebagai destinasi wisata. Wisatawan yang datang ke sana dijamin nyaman. Kami rekomendasikan Desa Ngkari Ngkari sebagai destinasi yang wajib dikunjungi,” lanjutnya.

Selain gaya arsitektur beragam bangunannya, Desa Ngkari Ngkari menawarkan beragam budaya khas Pulau Dewata. Beragam hari besar digelar di sini seperti, Galungan, Kuningan, dan Nyepi. Hari Raya Galungan menggambarkan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Galungan biasanya digelar Rabu Kliwon wuku Dungulan. Untuk Kuningan, hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali.

Semakin menarik, Hari Raya Nyepi di Desa Ngkari Ngkari juga menampilkan Ogoh-Ogoh. Nyepi ini dilaksanakan setiap Tahun Baru Saka dan jatuh pada hitungan Tilem Kesanga. Rangkaian Nyepi diakhiri dengan pengrupukan dengan pawai Ogoh-Ogoh. Masyarakat di sini juga menggelar Ngaben. Pada Senin (4/9) silam, Ngaben masal digelar dan mampu menarik kunjungan 17 yacht asing. Agenda ini setiap 5 tahn sekali.

“Desa Ngkari Ngkari makin memperkuat posisi pariwisata Baubau. Wisatawan bisa menikmati budaya Bali di sana. Ada banyak aktivitas yang bisa dinikmati wisatawan saat berada di Ngkari Ngkari. Sebab, aktivitasnya tetap identik dengan keseharian masyarakat di Bali. Silahkan eksplorasi desa ini,” jelas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Semakin lengkap, Desa Ngkari Ngkari juga mengadopsi konsep Subak. Untuk ritual adatnya Mapag Yeh atau Menjemput Air. Ritual adat ini dilakukan sebelum penanaman. Ada juga Mesaba sebagai upacara terima kasih setelah panen melimpah. Selain itu, Desa Ngkari Ngkari juga melestarian beberapa tarian khas Bali seperti Legong, Pendet, juga Manuk Rowo. Sebab, mereka memiliki sanggar khusus di sana.

“Desa Ngkari Ngkari sangat menarik dikunjungi. Kalau di Baubau dan rindu dengan suasana Bali langsung datang ke sana saja. Secara budaya tidak jauh berbeda. Kalau ingin menikmati aktivitas lebih dari budaya, silahkan berkunjung saat ada event,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahy yang juga Menpar Terbaik ASEAN.(****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *