Program BISA Kemenparekraf di Era New Normal Tingkatkan Kualitas Pariwisata Sumut

oleh -431 views
oleh

Siantar – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menginisiasi program Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA) di berbagai destinasi wisata di seluruh Indonesia. Kali ini program BISA diselenggarakan di destinasi wisata Siantar Zoo yang terletak di Kecamatan Siantar Barat, Kota Pematang Siantar, Provinsi Sumatera Utara. Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Kemenparekraf/Baparekraf, Oni Yulfian menjelaskan, program BISA digulirkan untuk kembali menggerakkan sektor pariwisata yang terdampak Covid-19. Program BISA digelar hampir di seluruh destinasi wisata.

Menurut Oni, pandemi Covid-19 berdampak cukup serius pada seluruh rantai pariwisata. Pariwisata adalah sektor yang paling sejak awal pandemi melanda langsung terdampak cukup serius. Sebab, sektor pariwisata dianggap memiliki risiko penularan Covid-19 yang cukup tinggi. Dampak langsung ditimbulkan di antaranya terjadinya penurunan kunjungan wisatawan ke sejumlah destinasi wisata di seluruh Indonesia. Selain itu terjadi pelambatan perjalanan domestik, penurunan okupansi hotel, penurunan konsumsi produk UMKM hingga pemangkasan lapangan pekerjaan.

“Padahal pariwisata merupakan industri yang menyerap leboh dari 13 juta tenaga kerja. Pariwisata juga merupakan sektor padat karya. Belum lagi multiplier effect yang merupakan turunan dari industri ini,” kata Oni, Kamis (15/10/2020). Pada tahun ini, Oni melanjutkan, diestimasikan terjadi penurunan wisatawan mancanegara yang berada pada kisaran angka 12-16 juta orang dan potensi devisa hilang mencapai 12-16 juta dollar.

Menurut Oni, pariwisata merupakan salah satu sektor berdaya ungkit pemulihan ekonomi yang kuat karena memiliki kontribusi backward dan forward linkage yang luas ke sektor lainnya. Oleh karena itu, ia menilai agar dapat bertahan di masa pandemi ini, seluruh stakeholder industri pariwisata dan ekonomi kreatif perlu menyadari bahwa tren pariwisata dunia akan berubah. “Penerapan protokol kesehatan, tingkat adaptasi pada kenormalan baru dan utamanya faktor health and hygiene serta safety and security akan menjadi prioritas bagi wisatawan dalam menentukan tujuan berwisata,” papar dia.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk meningkatkan ranking Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) pada 2020. Hasil TTCI 2019, Pariwisata Indonesia masih menempati peringkat ke-102 dalam kategori Health and Hygiene dan peringkat ke-80 dalam kategori Safety and Security dari 140 negara.

Sub Koordinator Area I A Kemenparekraf/Baparekraf, Andhy Marpaung memaparkan program BISA yang digagas instansinya merupakan program unggulan. Program padat karya itu merupakan terjemahan Kemenparekraf atas arahan Presiden Joko Widodo dalam upaya mitigasi dampak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam kerangka itu, program BISA diinisiasi sebagai gerakan yang cepat, tepat, fokus dan terpadu melalui sinergitas antara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya.

“Gerakan BISA ini bertujuan untuk memberdayakan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif serta masyarakat yang terdampak ekonominya. Gerakan ini diharapkan akan mendorong perbaikan indikator Health and Hygiene dan Safety and Security di lingkungan destinasi pariwisata untuk peningkatan peringkat TTCI,” ujar pria yang biasa disapa Bang Paung itu.

Koordinator Destinasi Area I Kemenparekraf/Baparekraf, Wijonarko berharap kegiatan ini dapat menjadi upaya sinergis dalam membangun kepariwisataan Indonesia. “Semoga kegiatan ini juga dapat menjadi titik awal bagi seluruh pemangku kepentingan untuk membangun sinergi yang lebih baik ke depannya,” harap dia. Pada kesempatan itu, Wijonarko mengapresiasi para peserta yang berpartisipasi pada program BISA bergandengan tangan meningkatkan kebersihan, keindahan, kesehatan dan keamanan destinasi pariwisata untuk membangun kesiapan menjalani pariwisata produktif dan aman di era normal baru.

Ia menilai penurunan tingkat penularan Covid-19 membutuhkan kesadaran dan komitmen dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah, pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, hingga masyarakat umum. Upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas menjalankan 3M; mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebagai kebiasaan baru dan wajib, namun juga pelaksanaan 3T; Testing, Tracing dan Treatment oleh pemerintah daerah. “Dengan demikian, daerah bisa menjadi zona hijau, menumbuhkan rasa safe and secure bagi wisatawan sehingga mereka akan berdatangan dengan sendirinya,” ujar pria yang biasa disapa Pak Wit itu.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *