Program BISA Kemenparekraf Sukses Pulihkan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Aceh

oleh -629 views
oleh

Banda Aceh – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Baparekraf) memaksimalkan gerakan Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA) untuk memulihkan industri pariwisata yang terdampak Covid-19. Program BISA salah satunya diimplementasikan pada sejumlah destinasi wisata di Provinsi Aceh. Koordinator Destinasi Area I Kemenparekraf, Wijonarko mengulas, program BISA yang diselenggarakan di Kota Banda Aceh merupakan gerakan kali ketiga yang telah dilaksanakan. “Hari ini di PLTD Kapal Apung, kemudian besok Pantai Ulee Lheue Park . program ini adalah program kegiatan kemitraan antara Kemenparekraf/Baparekraf dengan anggota DPR RI yang diwakili oleh ibu Illiza Sa’aduddin Djamal. Bersyukurlah Banda Aceh memiliki ibu yang sangat peduli terhadap lingkungan destinasi pariwisata,” kata dia, Sabtu (26/9/2020).

Saat ini, ia melanjutkan, industri pariwisata dan ekonomi kreatif tengah berada di dalam masa pandemi Covid-19. Keduanya merupakan sektor yang cukup terpukul imbas dari hal tersebut. Tak hanya di Aceh, namun juga di seluruh destinasi wisata yang tersebar di seluruh Indonesia. “Oleh karena itu, kami dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga sudah memberikan bantuan Balasa yaitu bantuan langsung siap saji yang sudah diberikan juga ke seluruh provinsi Indonesia,” ujarnya.

Program gerakan BISA, Wijonarko mengimbuhkan, merupakan salah satu gerakan untuk tetap menjaga eksistensi destinasi wisata itu sendiri di masa normal kelak. “Saya tadi mendengar dari Bapak Iskandar bahwa kunjungan wisatawan Kota Banda Aceh 500.000 pengunjung. Itu sangat luar biasa. Sekarang kita mengajak kepada bapak dan ibu para pelaku pariwisata di Kota Banda Aceh dan provinsi Aceh untuk bersama-sama kita bangkitkan kembali wisata di Banda Aceh,” tutur dia.

Salah satu hal penting adalah tetap menjaga protokol kesehatan di destinasi wisata agar wisatawan merasa aman dan nyaman dalam melakukan perjalanan wisata ke sejumlah destinasi di Aceh. “Mari jaga kesehatan, apalagi disiapkan di sana tempat cuci tangan. Ke depan kami bersama-sama mengajak seluruh potensi masyarakat yang ada di sini, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dan masyarakat pelaku pariwisata untuk mari bersama-sama kita jaga protokol kesehatan di wilayah kita masing-masing,” ingatnya.

“Oleh karena itu, kami akan mengajak seluruh stakholder yang ada di sini, mari bersama-sama sebagai langkah awal normal dengan menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan kami akan sedikit memberikan peralatan kesehatan. Ada juga ada sedikit tempat sampah, bisa diterapkan di mana saja sesuai dengan kondisi wilayah,” katanya.

Tentu saja program BISA yang sukses menggeliatkan kembali sektor pariwisata Aceh itu diapresiasi oleh banyak kalangan. Salah satunya datang dari anggota Komisi X DPR RI Dapil Aceh, IIliza Sa’aduddin Djamal. Katanya, kegiatan yang diinisiasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf ini merupakan bentuk pemulihan sektor pariwisata setelah terdampak pandemi Covid-19.

Menurutnya, Covid-19 yang melanda Indonesia, khususnya Aceh membuat geliat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terdampak cukup serius.

“Destinasi wisata dan industri kreatif banyak yang tutup, bahkan karyawannya dirumahkan. Kemudian usaha restoran sepi, souvenir juga tidak ada yang beli. Itu sangat terasa, tapi kami bersyukur dan berterimakasih kepada Presiden Republik Indonesia yang dalam hal ini Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif / Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang bisa memberikan bantuan bagi yang terdampak,” kata dia, Sabtu (26/9/2020).

Menurutnya, program BISA merupakan bentuk kepedulian dan kerja nyata Kemenparekraf dalam melindungi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dari dampak berkelanjutan Covid-19. Hasilnya sudah barang tentu efektif. Meski belum pulih sepenuhnya, namun imbas positif sudah mulai bisa dilihat dan dirasakan. Wisatawan mulai datang kembali berkunjung ke sejumlah destinasi wisata. Pun halnya dengan sektor ekonomi kreatif yang kembali menemukan pasarnya setelah beberapa bulan vakum.

Salah satu hal yang ditekankan melalui program BISA menurutnya adalah kebersihan, keamanan dan kenyamanan destinasi wisata agar wisatawan nyaman berkunjung tanpa was-was tempat wisata menjadi cluster baru penyebaran Covid-19. Sebabnya, protokol kesehatan sudah dijalankan dengan baik melalui program BISA ini. Kebersihan lingkungan destinasi wisata pun terjaga baik dengan program ini.

“Kehadiran saya bersama jajaran Kemenparekraf sebagai bentuk dukungan dan motivasi untuk terus berjuang bersama-sama membangun kepariwisataan Aceh yang sempat terpuruk karena pandemi Covid-19,” ujarnya. “Bagaimana caranya agar Banda Aceh dapat maju kembali meraih prestasi yang luar biasa ke depan. Insya Allah mudah-mudahan memberikan kemudahan-kemudahan ikhtiar untuk mewujudkan Banda Aceh ini sebagai Kota gemilang,” tambah Illiza Sa’aduddin Djamal.

Di tempat yang sama, Wali Kota Aceh yang diwakili Kepala Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh, Iskandar menuturkan, pada tahun 2019 perkembangan kunjungan wisatawan yang datang ke Kota Aceh menunjukkan grafik menggembirakan. “Kunjungan wisatawan sebanyak dua kali lipat penduduk Kota Banda Aceh. Kita bisa mencapai 500.000 wisatawan dari sebelumnya yang hanya berkisar antara 250-350 wisatawan,” papar dia.

Ada banyak destinasi wisata favorit yang dikunjungi wisatawan di Aceh ini. Sarana pendukung pariwisata pun tumbuh, industri ekonomi kreatif mendapatkan ruang yang layak. “Bidang ekonomi kreatif yang mendukung pariwisata adalah dari kuliner. Itu omset 2019 itu mencapai sampai Rp7 triliun untuk Banda Aceh saja. Dapat kita katakan bahwa orang Banda Aceh dan orang Aceh suka makan di luar seperti di tempat tempat kuliner, di warung kopi dan lain sebagainya. Ini omset yang paling besar dari sektor ekonomi kreatif,” ulas dia.

“Kemudian saya ingin sampaikan bahwa 37 sampai 40 persen itu ada kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah kita dari hotel, pajak dan restoran yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sektor pariwisata dan industri ekonomi kreatif,” tambahnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *