Program Sosialisasi CHSE Percepat Reborn Ekonomi Samosir Melalui Pariwisata

oleh -379 views
oleh

SAMOSIR – Perekonomian masyarakat Samosir melalui jalur pariwisata mengalami reborn. Percepatan arus balik ekonominya positif, apalagi didorong melalui CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, Environment Sustainability). Sosialisasi programnya sudah dilakukan pada Rabu (2/12). Mereka kini tegak menatap harapan ekonomi baru yang kondusif di 2021. Sebab, tanda-tanda dari okupansi hotel terlihat kompetitif.

Gelar sehari pada Rabu (2/12), program Sosialisasi CHSE Destinasi Super Prioritas Danau Toba berlokasi di Warung Kopi Synergy, Pangururuan, Samosir, Sumatera Utara (Sumut). Pesertanya ada 100 orang dan memiliki background beragam. Ada pelaku pariwisata hingga ekonomi kreatif. Kepala Dinas Pariwisata Samosir Dumosch Pandiangan mengungkapkan, program sosialisasi CHSE menguatkan brand Samosir.

“Kami ucapkan terima kasih kepada Kemenparekraf/Baparekraf yang menggulirkan program Sosialisasi CHSE di Samosir. Kehadiran program CHSE otomatis menguatkan brand destinasi Samosir. Menaikan kepercayaan wisatawan dan itu artinya ada garansi industri berjalan lebih kencang. Reborn ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui pariwisata akan cepat tercapai dengan support CHSE,” ungkapnya.

Sama seperti daerah lain, perekonomian Samosir terkontraksi dalam setelah terpapar pandemi Covid-19. Sebelum Covid-19 muncul, sektor pariwisata Samosir mampu memberikan kontribusi PAD hingga Rp5 Miliar. Imbas dari pergerakan wisatawan yang mencapai sedikitnya 418 Ribu orang. Rapor kompetitif ini sudah terlihat sejak Triwulan I 2019 dengan PAD retribusi wisata mencapai Rp287 Juta.

Mendapatkan PAD hingga Rp287 Juta pada Triwulan I 2019, retribusi wisata ini didonasikan oleh 15 destinasi wisata Samosir. Dari daftar panjang itu, posisi Top 5 destinasi mampu menyumbangkan PAD dengan slot lebih dari 15%. Destinasinya seperti, Air Terjun Efrata, Air Terjun Naisogop, Aek Sipitu Dai, Aek Rangat Pangururan, hingga Batu Sawan.

Posisi teratas ditempat Air Terjun Efrata. Menjadi terfavorit, destinasi ini menyumbangkan PAD retribusi hingga 21,4%. Angka riilnya sekitar Rp64,15 Juta. Destinasi yang berada di Kecamatan Harian telah dikunjungi oleh 9.164 orang wisatawan. Target yang harus dipenuhi sekitar Rp300 Juta. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Hari Santosa Sungkari mengatakan, CHSE harus digelar masif.

“CHSE harus digelar masif. Tujuannya mempercepat pemulihan ekonomi dan menaikan kepercayaan pasar. Semua tahu, pariwisata menjadi mesin ekonomi yang bagus sebelum pandemi Covid-19. Samosir ini salah satu daerah yang sudah merasakan langsung manfaat pariwisata. Momentum bangkit sekarang ada di masa New Normal dan itu harus dimaksimalkan,” kata Hari.

Setelah vakum mulai Maret-Juli 2020, pariwisata Samosir mulai berdenyut. Parameternya tentu tingkat okupansi hotel dengan rata-rata harian 30%. Jumlah tersebut tersebar pada 120 hotel dengan berbagai kategori, mulai dari berbintang hingga non bintang. Semakin menarik, beberapa hotel memiliki rata-rata okupansi harian 60%. Secara umum, length of stay rata-ratanya 1,5 hari hingga 2 hari.

“Masa New Normal memberikan banyak peluang dan kesempatan bisnis menjanjikan. Yang terpenting dilakukan sesuai regulasi, diantaranya menerapkan CHSE. Perekonomian Samosir dari pariwisata sudah bagus. Setelah diaktivasi akan impact positif dan terus tumbuh. Semua perlu proses dan bisa dipercepat dengan jaminan sertifikasi CHSE,” tegas Direktur Pengembangan Destinasi Regional I Oni Yulfian.

Usai diaktivasi kembali pada akhir Juli 2020, sebanyak 43 destinasi langsung diserbu wisatawan. Arus wisatawan mencapai 25 Ribu pada hari pertama aktivasi destinasi. Secara keseluruhan, sepanjang 2020 pergerakan wisatawan di Samosir mencapai 145 Ribu orang. Suntikan PAD yang diterima berada pada kisaran angka Rp500 Juta hingga Rp600 juta dengan sumber diantaranya retribusi.

“Tidak perlu berkecil hati karena adanya banyak penurunan. Semua problem seperti ini dialami daerah lain, bahkan dunia. Samosir justru diuntungkan oleh status zona hijau Covid-19. Untuk itu, semua harus optimistis. Menerapkan program CHSE di semua lini. Titik terbaik kontribusi ekonomi dari pariwisata akan diraih lagi,” papar Koordinator Area I Pengembangan Destinasi Regional I Wijonarko.

Lebih lanjut, sertifikasi CHSE memang harus dimiliki pelaku industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui destinasi untuk aktivasi. Sebagai awalan ada sosialisasi, penilaian mandiri, dan deklarasi mandiri. Pada fase penilaian, dilakukan pendaftaran secara online hingga diraih status kelayakan penilaiannya. Bila minor, ada potensi untuk perbaikan.

Usai melewati fase deklarasi mandiri, dilakukan verifikasi oleh Kemenparekraf/Baparekraf dan lembaga sertifikasi. Bila dinyatakan layak, destinasi baru mengajukan permohonan sertifikasi dan assessment oleh tim auditor. Untuk menjamin semuanya, lalu dilakukan visitasi tim. Bila semua aspek terpenuhi, baru sertifikasi diterbitkan dan dilanjutkan dengan labelling.

Untuk mendapatkan sertifikasi, destinasi harus memenuhi standard indikator penilaian 85% hingga 100%. Bila point tersebut terpenuhi, sertifikat langsung diberikan plus label ‘I do Care’. Label tersebut diberikan oleh Kemenparekraf. Sub Koordinator Area I A Pengembangan Destinasi Regional I Andhy Marpaung menjelaskan, sertifikasi CHSE menjadi sebuah keharusan.

“Ada perubahan pola dari wisatawan selama New Normal. Mereka juga membutuhkan kepastian dan jaminan kesehatan hingga keamanan. CHSE menjadi salah satu alat untuk meyakinkan wisatawan. Jadi, posisi CHSE vital dan menjadi sebuah keharusan. Kalau pola marketnya sudah terbentuk, otomatis ada banyak value ekonomi yang diterima Samosir dari beragam transaksi pariwisata,” jelas Andhy.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *