Proses Pembuatan Ulos Tersaji di Festival Danau Toba 2018

oleh -2,292 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Festival Danau Toba (FDT) 2018 tak hanya menampilkan kegiatan yang bersifat hiburan. Seni budaya dan kerajinan lokal ikut diperkenalkan. Termasuk kain yang menjadi ciri khas Batak, Ulos.

Di venue B, tepatnya di area Makam Raja Silahisabungan, Kabupaten Dairi, pengunjung bisa melihat langsung proses pembuatan Ulos atau Kain Ulos. Ada enam ibu yang begitu tekun ‘menyusun’ benang, sehelai demi sehelai menggunakan alat tenun tradisional. Mereka adalah generasi orang tua yang hingga kini masih bertahan menjadi perajin Ulos.

Salah seorang perajin senior, Shinta Sagala, mengaku dirinya bisa menyelesaikan selembar Ulos dalam waktu lebih kurang seminggu. Itu pun harus dikerjakan dengan fokus. Artinya, bukan sekedar sambilan atau selingan.

“Ulos ini kan banyak motif. Kalau main-main, bisa saja salah memasukkan benang dan harus membongkarnya. Kalau tidak terbiasa, badan juga pegal karena duduk berlama-lama. Makanya banyak anak muda sekarang yang enggan menenun Ulos,” ujarnya, Kamis (6/12).

Shinta mengungkapkan, ada banyak jenis Ulos dengan kegunaan masing-masing. Antara lain Ulos Antakantak Sunting yang dipakai sebagai selendang orang tua untuk melayat orang yang meninggal. Ulos ini biasanya juga dipakai sebagai kain yang dililit pada waktu acara manortor atau menari.

Kemudian ada Ulos Bintang Maratur Sunting. Ulos ini paling banyak kegunaannya dalam acara adat Batak Toba. Antara lain upacara menempati rumah baru, selamatan hamil 7 bulan, dan untuk selendang cucu yang baru lahir.

Ada juga Ulos Bolean Sunting yang dipakai sebagai selendang pada acara-acara kedukaan; Ulos Mangiring Sunting, Ulos Padang Ursa, dan Ulos Pinan Lobu-lobu Sunting sebagai Talitali dan selendang.

Masih banyak jenis Ulos dengan kegunaan masing-masing, dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Namun menurut Shinta, secara garis besar nama, motif dan kegunaannya sama.

Secara konkret, pemakaian Ulos ditampilkan pada malam pentas seni budaya dalam rangkaian Festival Danau Toba (FDT) 2018 di Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi, Kamis (06/12) malam. Delapan siswi sekolah menengah atas tampak enerjik membawakan Tari Ulos.

Pada pertunjukannya, setiap penari membawa Ulos seukuran selendang. Ulos itu menjadi semacam ruh atau jiwa pada tarian yang dibawakan. Sangat menarik saat Ulos dikibarkan, disandang, dan dililitkan di pinggang. Semua gerakan benar-benar menyatu dengan musik pengiring khas Batak.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuti, mengatakan budaya menjadi perhatian serius Kemenpar. Sebab, 60 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia karena budaya, 35 persen karena alam, dan 5 persen karena faktor buatan. Seperti meeting, incentive, conference, danexhibition (MICE), wisata olahraga, dan hiburan.

Menurutnya, ragam budaya di Indonesia sangat kaya. Ada 1.340 suku bangsa yang bisa dieksplorasi di lebih dari 17 ribu pulau. Dari beragam suku yang ada, juga menyimpan 583 bahasa dan dialek yang berbeda-beda.

“Dari sisi atraksi, budaya kita jelas sangat kuat. Ini yang harus dikelola secar serius bersama-sama,” ujar Esthy yang juga Ketua Pelaksana Calendar of Event 2018 Kemenpar.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, tampilnya kain-kain tradisional pada event wisata bisa menjadi referensi perkembangan terkini dari trend batik, tenun, dan songket dari berbagai daerah yang mempunyai karakter masing-masing.

Menurut Arief, kreatifitas kain-kain tradisi budaya nusantara itu bisa terus dipamerkan, dikomersilkan dan dipromosikan untuk memperkuat destinasi wisata. “Kain-kain unggulan warisan budaya itu menjadi bagian dari Pesona Indonesia,” ungkapnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *