Rebound desa wisata dan Penerapan CHSE Yakinkan Wisatawan Berkunjung ke Danau Toba

oleh -405 views
oleh

HUMBANG HASUNDUTAN – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) melakukan rebound sejumlah desa wisata di destinasi super prioritas Danau Toba, Sumatera Utara. Hari ini, Sabtu (7/11/2020), rebound desa wisata dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan. Kegiatan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas destinasi wisata dan antisipasi di masa pandemi COVID-19 itu dibarengi dengan sosialisasi program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental).

Sub Koordinator Area I A Kemenparekraf/Baparekraf, Andhy Marpaung menjelaskan, rebound desa wisata yang dilakukan instansinya merupakan pengejawantahan komitmen Presiden Joko Widodo yang berharap perekonomian masyarakat dapat segera pulih. “Kita tahu pandemi COVID-19 berimbas pada tidak bergeraknya sektor pariwisata dan ekonomi kreatif kita. Oleh karena itu, kami dari Kemenparekraf/Baparekraf ditugasi untuk melaksanakan rebound ini. Kita bahas usulan-usulan, karena target kita tahun ini harus selesai di bulan November,” jelas Andhy pada acara “Sosialisasi Kegiatan CHSE Desa Wisata”.

Ia menambahkan, rebound ini merupakan upaya Kemenparekraf/Baparekraf membangkitkan kembali sektor pariwisata di Indonesia, khususnya di destinasi super prioritas Toba yang terdampak COVID-19. Sebelum rebound ini dilakukan, Kemenparekraf/Baparekraf telah melakukan berbagai persiapan seperti sosialisasi gerakan Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA) serta penerapan CHSE.

“Gerakan itu kami lakukan bertahap dengan tujuan kembali menggerakkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif saat pandemi ini. Jadi, gerakan rebound ini telah didahului dengan persiapan yang cukup baik dari aspek kebesihan, keamanan, kesehatan dan hal-hal lainnya yang menjadi kebutuhan wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru ini,” papar dia.

Ia berharap dengan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan pada tahun depan aktivitas di destinasi wisata dan perekonomian masyarakat dapat kembali berjalan normal. “Kuncinya adalah kedisiplinan kita menerapkan protokol kesehatan. Maka dari itu, terus tingkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, utamanya di destinasi wisata,” pesan dia.

Pandemi COVID-19 telah telah mengubah pola permintaan dan perilaku wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Hal itu terjadi seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia dan dunia terhadap kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan imbas pandemi COVID-19. Setidaknya hal itu yang disampaikan oleh Narasumber dari Politeknik Pariwisata Medan, Rahmat Darmawan.

Ia mengingatkan dunia pariwisata harus beradaptasi dengan kebiasaan baru tersebut jika takbmau tertinggal. “Dunia pariwisata harus bersiap diri untuk dapat memberikan jaminan kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan yang tinggi akan produk dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan,” tutur dia.

Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di era adaptasi kebiasaan baru itu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) meluncurkan program CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental). Sosialisasi itu sendiri bertujuan agar pelaku pariwisata mengetahui dan memahami panduan teknis SOP CHSE di destinasi, termasuk usaha pariwisata dan ekonomi kreatif melalui skema program secara tepat dan berkelanjutan.

“Program CHSE ini sebagai upaya Kemenparekraf mendorong upaya pemulihan, kesiapan destinasi dan rebound strategy dalam rangka tatanan kenormalan baru serta membangun kepercayaan publik, meningkatkan minat atau preferensi wisatawan dan menciptakan destination appeal melalui penerapannya,” papar Rahmat.

Nantinya, panduan pelaksanaan CHSE diharapkan dapat diterapkan, dimonitor dan dievaluasi, sehingga calon wisatawan merasa aman berkunjung dan menikmati produk wisata. “Para pelaku wisata juga akan merasa aman dan terhindar dari potensi penularan COVID-19 sehingga kegiatan wisata bangkit dan berjalan, masyarakat sejahtera, sehat dan kuat,” katanya.

Kepala Bidang Bina Obyek dan Usaha Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara, Mieke Ritonga menuturkan, pada era adaptasi kebiasaan baru ini menjadi kewajiban bagi pelaku usaha pariwisata untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Sebab, kata dia, protokol kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata.

“Kami dari provinsi sangat berterimakasih kepada Kemenparekraf/Baparekraf yang telah berjuang terus untuk membangun destinasi wisata yang ada di Toba untuk menghadapi era baru pasca-pandemi COVID-19. Mari biasakan diri dengan 3M dan CHSE supaya kita terbiasa menghadapi new normal ini dengan cara-cara baru supaya di destinasi wisata tidak menjadi cluster baru penyebaran COVID-19,” harapnya. Ia yakin masyarakat juga sudah ingin melakukan perjalanan wisata. Maka, panduan yang dibuat oleh Kemenparekraf/Baparekraf menjadi pedoman bagi wisatawan dan pelaku wisata agar terhindar dari paparan COVID-19.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pariwisata Humbang Hasundutan, Sabar H Purba menambahkan, program reborn desa wisata destinasi super prioritas Danau Toba ini dibarengi dengan sosialisasi CHSE. Melalui program ini, kata dia, masyarakat dan pelaku usaha pariwisata diberikan pengetahuan standar kesehatan, kenyamanan, kebersihan lingkungan yang menjadi kebutuhan wisatawan.

“Dengan adanya program rebound ini, kita semua diberikan bekal bagaimana menerapkan CHSE di usaha pariwisata kita. Ini yang akan menjadi pedoman kita bersama,” tutur dia. Ia berharap sinergi antar-pihak dapat kembali membangkitkan kepercayaan diri pelaku usaha wisata dalam menatap masa depan yang lebih baik usai pandemi.(***)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *