Ritual dan Tarian Khas Liang Ndara Disajikan Kepada Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner

oleh -688 views
oleh

LABUAN BAJO – Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner tidak henti memberikan sajian terbaik kepada peserta. Usai menikmati warna bahari, mereka langsung disuguhi beragam budaya khas Liang Ndara. Interaksi pun terjadi antara peserta dengan masyarakat lokal.

Program famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner digelar 8-11 Oktober 2019. Beberapa hari setelah menikmati perairan Kawasan Taman Nasional Komodo, mereka singgah di Liang Ndara pada Kamis (10/10). Lokasinya berada di Kampung Cecer, Liang Ndara, Mbeliling, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Menjadi salah satu situs budaya, peserta diperkenalkan dengan bragam kekayaan Liang Ndara.

“Kami suguhkan atraksi seni khas Liang Ndara. Sebab, wisatawan yang ke sini biasanya melihat atarksi seni. Kami banyak memiliki tarian adat. Budaya kami tersebut juga ditampilkan kepada peserta famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner. Ada 5 tarian khas yang disajikan,” ungkap Ketua Sanggar Riang Tana Tiwa Kristoforus Nison, Kamis (10/10).

Penyambutan khas berupa ritual Kepok pun langsung menyambut 23 peserta famtrip. Mereka berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Australia. Backgroundnya media, influencer, dan blogger. Berikutnya, ada tradisi makan sirih pinang dalam ruangan khusus sanggar. Selang 15 menit berikutnya, Tari Caci pun ditampilkan. Peserta menyaksikan tarian ini sembari bersantap siang dan menikmati kopi.

“Tari Caci biasanya paling ditunggu para wisatawan. Tarian ini sangat khas. Ada banyak filosofi dari Tari Caci. Pesannya menyangkut pengendalian diri, peka terhadap sekitar, dan nilai religius,” ujarnya lagi.

Tari Caci hakikatnya mengajarkan manusia untuk menerima segala sesuatu dengan lapang dada. Filosofi pun diuraikan melalui asesoris kostum yang dikenakan penarinya. Menariknya asesoris ini berhubungan dengan alam. Untuk hiasan kepala, mereka mengenakan Panggal yang terbuat dari kulit kerbau. Ada 5 elemen dasar kepercayaan yang bisa dipelajari dari Panggal.

Elemen dari Panggal diantaranya Pang atau penyambutan. Ritual tersebut diaplikasikan melalui Kepok dan tradisi makan sirih pinang. Ada juga elemen Rumah yang menjadi simbol perlindungan. Panggal ini juga memiliki elemen Waitiku atau air. Oleh masyarakat, air dianggap sebagai sumber kehidupan. Lalu, berikutnya Compang (pusat persatuan) juga Umaluat (kebun sebagai pusat kesejahteraan).

“Liang Ndara dengan beragam fenomena budayanya merupakan destinasi menarik di sana. Siapapun akan mendapatkan warna budaya otentik khas masyarakat Manggarai. Tari Caci memang mengajarkan banyak hal mendasar kehidupan. Bukan sekedar aksi menarik ‘pertarungan’ 2 penarinya saja,” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Panggal juga dilengkapi dengan Pejonjong. Selembar kain yang tergerai di belakng kepala tersebut jadi simbol kesabaran penari Caci. Asesoris Tari Caci berikutnya adalah Tube Rapah. Hiasan di leher tersebut memiliki pesan konservasi alam sekitar. Ada juga Sapu atau destar dengan makna penghormatan pada segala sesuatu yang ada di atas. Berikutnya, Ndeki yang menjadi simbol kekuatan penari Caci.

“Kami yakin para peserta famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner semakin terkesan dengan ragam atraksi yang ditawarkan Labuan Bajo. Ada banyak aktivitas yang bisa dieksplorasi di sini, khususnya di Liang Ndara yang kental dengan warna budayanya,” tegas Rizki lagi.

Usai menikmati aksi penari Caci, peserta famtrip pun diajak menari bersama. Mereka menari bersama melalui Tari Dunu Ndake. Sembari membuat lingkaran, mereka menari dengan menghentakan kaki. Ada juga Tari Ako Mawo yang menggambarkan aktivitas mengetam padi. Aksi kembali diperlihatkan melalui Tari Rangkuk Alu yang jadi representasi ketangkasan.

Tari Rangkuk Alu menggunakan properti bambu. Jumlahnya ada 10 bambu dan saling menyilang tegak lurus. Memiliki panjang 3,5 Meter, bambu ini digerakan menyentak kanan-kiri oleh 6 penari. Lalu, ada sekitar 2 penari yang beraksi dengan melompat di atas bambu. Biasanya tarian ini ditampilkan di malam bulan purnama. Dan, beberapa peserta famtrip pun diajak menari bersama. Tari penutup adalah Sandai.

“Liang Ndara punya banyak sekali tarian adat. Lebih menarik, bukan sekedar melihat, tapi pengunjung juga diajak menari bersama. Menari bersama ini tentu menjadi experience luar biasa. Sebab, beberapa tarian memiliki tingkat kesulitan dan butuh kelincahan,” jelas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Liang Ndara masih memiliki Tari Duat Umat Lokang dan Pacek Pepak. Tari Duat Umat Lokang menjadi gambaran aktivitas pengolahan lahan pertanian. Untuk Pacek Pepak merepresentasikan aktivitas tanam padi menggunakan Lampa atau tongkat kayu. Selain budaya, Liang Ndara masih memiliki spot destinasi Gunung Mbeliling, Liang Niki, hingga Watu Api Peak.

“Ada beragam aktivitas yang bisa dinikmati wisatawan bila berkunjung ke Liang Ndara. Destinasi ini juga memiliki homepod. Yang jelas, wisatawan akan nyaman saat berada di sana. dengan beragam nilai dan keunikannya, wajar bila pergerakan wisatawan di sana bagus,” papar Ricky lagi.

Pergerakan wisatawan di Liang Ndara memang kompetitif. Pada 2018, pergerakan wisatawan mencapai 2.361 orang dengan dominasi wisman. Dominasi wisman 1.003 orang juga terjadi pada 2017. Sebab, arus wisnus hanya 800 orang. Pergerakan slot wisman diantaranya pun ditunjukan paspor Denmark, Israel, Arab Saudi, Amerika Serikat, India, hingga Australia.

“Liang Ndara dengan beragam warna budanya menjadi desinasi rekomendasi di Labuan Bajo. Di sini, para pengunjung akan menikmati sisi lain dari Labuan Bajo yang kental dengan nuansa bahari. Arus dari wisatawan di sana bagus. Ini tentu memiliki impact positif bagi kesejahteraan masyarakat. Tetap datang ke Liang Ndara bila berkunjung ke Labuan Bajo,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *