Sriwana Singapura Rilis Tarian ‘Langka’ di Festival Penyengat

oleh -1,714 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, TANJUNGPINANG – Festival Penyengat 2019 jadi panggung restorasi budaya Melayu. Mengirimkan Sriwana Singapura, Negeri Singa merilis 5 tariannya. Beberapa tariannya bisa dikatakan langka. Sebab, khasanah Melayu lama ini mulai dilupakan generasi milenial.

Beragam suku bangsa berkumpul di Festival Penyengat 2019, 14-18 Februari. Selain Singapura, ada juga delegasi Malaysia. Rumpun Melayu ini akan mendisplay kekayaan khasanah budayanya terbaiknya masing-masing. Sriwana Singapura bahkan rela ‘membuka kembali’ tarian lamanya. Tarian yang mulai terpinggirkan di Negeri Singa. Efek pilihan gaya hidup kekinian para milenialnya.

“Kami gembira karena diundang oleh Festival Penyengat. Event ini akan menjadi moment terbaik kami untuk menunjukan bahwa budaya Melayu masih bertahan di Singapura. Kami akan menampilkan tarian lama yang sudah 65 tahun tersimpan. Anak muda Singapura sebelumnya lebih suka tari modern, hingga yang lama dilupakan,” ungkap Presiden Sriwana Singapura Fauziah Hanom Yusuf, Jumat (15/2).

Berkekuatan 14 penari, Sriwana merapat di Festival Penyengat pada Jumat (15/2). Delegasi Singapura ini akan show pada Sabtu (16/2), mulai pukul 19.30 WIB. Venue ada di Balai Kalurahan, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Tampil 45 menit, Sriwana akan menampilkan kombinasi tarian dengan pantun dan syair. Fauziah menambahkan, generasi muda Singapura mulai dikenalkan dengan tradisi.

“Kami mulai lagi mengenalkan anak muda dengan tradisi lama. Dan, mereka yang tampil di sini adalah anak muda semuanya. Meski arus modernitas kuat, kami harus kembali kepada tradisi. Ada banyak hal positif di situ. Yang jelas, kami sudah siapkan konsep terbaik agar show menarik,” lanjut Fauziah lagi.

Tampil secara khusus, konten terbaik sudah disiapkan. Tariannya akan terbagi dalam 2 genre. Ada rasa lama dan kontemporer. Komposisi lama terdiri dari Tari Selendang Mayang dan Tarian Istana. Rasa baru terlihat dari Tari Zapin varian Gadis Melayu dan Tari Nadi. Mengawali show, Sriwana pun menampilkan Tarian Selamat Datang.

“Waktu pertunjukan panjang. Nantinya dalam jeda antar tari ada pantun juga syair. Secara konsep, kami ingin memberikan gambaran perkembangan tari Melayu di Singapura. Dari dahulu hingga saat ini,” ujar Fauziah.

Serupa Singapura, Negeri Jiran Malaysia juga ikut menampilkan parade seni budaya Melayunya. Kanal pertunjukannya dibuka pada Minggu (17/2), pukul 19.30 WIB. Dengan venue sama di Balai Kelurahan, Negeri Jiran menampilkan kekhasan budaya Melayu versi Johor Bahru. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menerangkan, konten Melayu di Festival Penyengat lengkap.

“Festival Penyengat 2019 ini sangat mengispirasi. Konten budaya Melayu yang ditampilkan pun sangat lengkap. Selain warna lokal Pulau Penyengat dan Tanjungpinang, budaya Melayu datang dari Malaysia dan Singapura. Semua berkumpul membentuk ‘sebuah komunitas’ baru di Festival Penyengat 2019 ini,” terang Rizki.

Selain kekuatan budayanya, kehadiran delegasi mancanegara otomatis menambah arus masuk jumlah wisman. Koneksi Melayu versi Negeri Jiran Malaysia menghasilkan pergerakan wisman sekitar 83 orang. Dari jumlah ini, skitar 48,7% atau 39 orang menjadi penampil dalam Festival Penyengat 2019. Slot sisanya diisi keluarga dan kolega yang sengaja ingin berlibur. Mereka mulai berdatangan pada Rabu (12/2).

Dari jumlah 39 seniman Melayu koneksi Malaysia, dominasi slot diperlihatkan Johor Bahru. Mereka ini mengirimkan sekitar 36 penampil. Lalu, delegasi Malaka menyertakan 3 seniman Melayunya. Daftar arus wisman semakin panjang dengan kehadiran 14 penari Sriwana Singapura.

“Kami memberikan apresiasi atas kehadiran delegasi Melayu dari Mancanegara ini. Sebab, Malaysia dan Singapura ini sangat aktif. Dengan kehadiran merekan, value Festival Penyengat otomatis naik. Sebab, daya tariknya besar hingga mampu menyerap wisman dalam jumlah menjanjikan,” tegas Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Melebur bersama Festival Penyengat, pergerakan wisatawan Singapura dan Malaysia secara reguler pun kompetitif. Mengacu angka pergerakan wisman Januari-September 2018, dominasi kunjungan 44.693 orang diberikan paspor Singapura. Untuk wisatawan Malaysia memiliki slot 9.086 orang. Mereka terlihat enjoy menikmati beragam destinasi wisata yang ada di Pulau Penyengat dan Tanjungpinang.

“Konsep bertemunya budaya Melayu dari berbagai latar belakang di Festival Penyengat mengahasilkan value komersiil yang besar. Penyelenggaraan Festival Penyengat 2019 akan memberikan input wisman yang bagus bagi Tanjungpinang,” jelas Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.

Di luar kontestasi budaya Melayu versi Malaysia dan Singapura, daerah lain juga mengambil peranan di Festival Penyengat 2019. Batam dan wilayah Kepulauan Riau lainnya mengirimkan delegasinya. Mereka ini mengisi slot Lomba Lagu Melayu, Sabtu (16/2) mulai pukul 08.30 WIB. Serupa perwakilan dari BPCB Sumatera Barat. Mereka ikut pameran hingga Lomba Napak Tilas Sejarah, Baca Puisi, dan Melukis.

“Festival Penyengat 2019 ini menjadi alat pemersatu. Menggunakan budaya Melayu sebagai medianya, Festival Penyengat merekatkan 3 negara. Ada Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Semuanya jadi sangat harmonis di sini,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *