Suku Sawang Ikut Diperkenalkan dalam Titik Temu Belitung 2019

oleh -1,457 views
oleh

BELITUNG – Selama ini, tidak banyak orang mengenal Suku Sawang. Namun, event Titik Temu Belitung 2019 mampu mengangkat potensi Suku Sawang ke permukaan. Lantas, seperti apa sih suku khas Bangka-Belitung itu.

Titik Temu Belitung 2019 berakhir Minggu (30/6) malam WIB, di Pantai Ujung Seberang, Gusong Bugis, Belitung, Bangka Belitung. Closing cemerony digelar meriah. Ada beragam warna budaya khas Belitung yang ditampilkannya. Salah satu yang menarik perhatian adalah keberadaan Suku Sawang.

Suku ini juga dikenal sebagai Sekak. Suku Sawang adalah representasi kekayaan bahari Belitung. Suku Sawang terkenal sebagai penjaga laut. Mereka umumnya tinggal di wilayah Bangka Selatan, Belitung, dan Belitung Timur.

Sejumlah literatur menyebut Suku Sawang merupakan nelayan, penyelam. Selain itu, mereka juga dikenal sebagai navigator laut yang handal. Kehidupan Suku Sawang berstatus nomaden. Hal ini, membuat Suku Sawang keping sejarah Bangka-Belitung yang bertahan.

“Titik Temu Belitung menjadi pertemuan kehidupan di laut dan darat. Gambarannya bisa dilihat dari beragam seni dan budaya yang ditampilkan. Hal ini menjadi cermin harmoniasi seluruh aspek yang ada di Belitung. Kami optimistis, Titik Temu Belitung akan menjadi event dengan skala internasional,” ungkap Bupati Belitung Sahani Saleh, Minggu (30/6).

Dijelaskannya, Belitung kaya dengan budaya bahari. Potensi tersebut tentu akan dioptimalkan. Tujuannya sebagai daya tarik wisata. Dengan menonjolkan keunikan, Bupati yakin pergerakan wisatawan akan semakin positif ke Belitung.

Dan salah satu keunikan yang ditonjolkan adalah Suku Sawang yang eksotis. Suku ini menggantungkan sepenuhnya kehidupannya di laut. Bila cuaca laut kurang bersahabat, Suku Sawang lebih suka menghabiskan waktunya di atas perahu rumahnya. Untuk berkomunikasi, mereka menggunakan Bahasa Sekak. Bahasa ini masuk dalam rumpun Melayu, tapi dialeknya berbeda.

“Kekuatan bahari Belitung memang unik dan menarik. Kehadiran mereka semakin menguatkan daya tarik event. Bagaimanapun, Titik Temu Belitung menjadi bagian branding pariwisata di sini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas support besar Kemenpar. Event ini akan terus berkembang,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung Hermanto.

Menjadi warna lain budaya bahari Belitung, ada banyak tradisi Suku Sawang yang lestari. Suku Sawang ini masih menjaga tradisi Buang Jung. Yaitu, tradisi melarung perahu miniatur dari kayu keruk antu. Di dalamnya berisi beragam kue khas. Lebih lanjut, nama Suku Sawang semakin populer ketika muncul dalam Film Laskar Pelangi. Film ini menyingkap karakteristiknya, seperti fisik dan perilaku sosialnya.

“Potensi wisata bahari Belitung sangat kaya. Apalagi, ada Suku Sawang yang sangat luar biasa. Budaya Suku Sawang Otentik. Mereka tetap hidup dalam tradisi leluhur, meski dikepung modernisasi budaya. Keberadaan Suku Sawang ini tentu melengkapi budaya dan alam Belitung yang sangat eksotis,” terang Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Selain Suku Sawang, Titik Temu Belitung juga merelease beragam kekuatan budayanya. Semuanya ini ditampilkan melalui beragam tariannya. Sebut saja Tari Sambut yang menjadi media penyambutan tamu. Ada juga Tari Beripat Beregong. Tarian khas Belitung tersebut sejatinya seni pertunjukan dengan basic kekuatan. Sebab, ada aktivitas saling memukul dengan menggunakan rotan.

Titik Temu Belitung juga menampilkan Tari Memetik Lada dan tarian tentang Sriwijaya. Dan, menjadi kerajaan besar, Sriwijaya banyak memiliki koleksi tarian khasnya. Salah satu yang fenomenal adalah Gending Sriwijaya. Gerak gemulai dan syairnya jadi representasi keluhuran hingga kebesaran Sriwijaya. Wilayah kekuasaannya menyebar hingg Semenanjung Malaya, Thailand, hingga Kamboja.

“Titik Temu Belitung sangat menginspirasi. Beragam budaya lokal ditampilkan secara msif di sana. Hal ini bagus bagi konservasi budaya, sekaligus menguatan aspek komersiilnya. Kami yakin, semuanya akan seimbang di Belitung. Pastikan Belitung tetap menjadi destinasi utama berlibur. Atraksi, aksesibilitas, dan amenitasnya luar biasa,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN tersebut. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *