Tambrauw Bawa Banyak Varian di Festival Noken

oleh -1,622 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAYAPURA – Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, memanfaatkan Festival Noken 2018 untuk mengangkat budaya mereka. Salah satunya, dengan memperkenalkan sejumlah varian noken hasil kreativitas mereka.

Festival Noken 2018 mengangkat tema ‘Wonderful Papuan Traditional Bag’. Festival ini berlokasi di Auditorium Universitas Cederawasih, Jayapura, Papua.

Koordinator Pentas Budaya Delegasi Tambrauw Roy Noris Yesnath mengatakan, parade seni dan budaya terbaik Tambrauw ditampilkan di Festival Noken.

“Festival Noken ini moment penting. Semua latar belakang akan berkumpul di sini. Kami menampilkan budaya yang dimiliki Tambrauw. Bukan hanya noken, tapi juga potensi budaya lainnya. Sebab, kami ini terbentuk dari banyak suku bangsa,” kata Roy, kemarin.

Yup, Tambrauw dibangun oleh 4 suku. Ada Suku Miyah, Abun, Empur, dan Ireres. Mereka memamerkan noken khasnya melalui karnaval. Menempuh jarak 2,5 kilometer, parade ditempuh dari Museum Wamena menuju Auditorium Universitas Cenderawasih. Kegiatan ini diikuti 40 duta. Mereka menampilkan noken apetiqor dalam banyak varian.

“Noken milik kami agak berbeda dari lainnya. Kalau yang lain ini dirajut, noken apetiqor dibuat melalui dianyam. Jadi bentuknya lebih rapat,” ujar Roy.

Noken Tambrauw terbuat dari kulit kayu genemo dan manduam. Konsep pewarnaannya dilakukan secara alami. Menggunakan daun tanaman viyes untuk warna merah, hingga memuncilkan warna hitam melalui buah tram. Selain itu, ada juga noken yang dibuat dari daun pandang. Jenisnya pandan duri hingga pandan air.

Sebelum dianyam menjadi sebuah noken, daun pandan mengalami beberapa treatment. Daun pandan ini dijemur lebih dulu sebelum akhirnya dianyam.

Proses anyaman memakan waktu cukup panjang dan tergantung dari ukuran hingga kerumtan motifnya. Bila sudah jadi, noken apatiqor diberi harga sekitar Rp200 ribu. Roy menambahkan, noken dibuat untuk mengisi waktu senggang.

“Pada prinsipnya, kami membuat noken untuk mengisi waktu luang saja. Noken yang dibuat juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Tapi, kalau ada yang minat, kami juga bisa jual noken tersebut dan harganya standard. Sebab, harga noken ada yang sampai Rp500 ribu. Ini kalau terbuat dari benang kayu genemo,” lanjutnya lagi.

Selain noken, Tambrauw juga menampilkan tarian terbaiknya. Mereka menampilkan Tari Fendor dalam 2 versi. Ada Tari Fendor Laki-Laki dan Tari Fendor Perempuan. Tari Fendor Laki-Laki ini memiliki pesan bentuk perlindungan. Sikap ini untuk melindungi kaum perempuan, alam, beserta Cenderawasih yang selalu menjadi ikon Papua secara umum.

Untuk Fendor Perempuan, tarian ini menggambarkan berbagai aktivitas keseharian mereka. Selain itu, tari ini memberi pesan proses pembelajaran kaum perempuan dewasa dalam mengatur rumah tangga.

Lalu, Tambrauw juga menampilkan Tari Senawon. Tari ini menggambarkan proses penjemputan seorang lelaki yang baru ditempa dalam Rumah Adat.

“Festival Noken ini sangat berwarna dengan kehadiran delegasi Tambrauw. Mereka memamerkan seni dan budayanya. Kekhasan nokennya semakin ditegaskan dengan beberapa tarian yang dibawakan. Kami tentu gembira karena festival ini mendapatkan perhatian besar dari publik,” jelas Kepala Seksi Bidang Pemasaran Area IV Regional III Kemenpar Budi Sardjono.

Ada juga Tari Srar yang mencerminkan persahabatan. Dilakukan dengan saling bergandengan, mereka ini memamerkan soliditas kekerabatan dengan seluruh umat manusia. Kemudian gerakan rotasi yang jadi gambaran energi semangat.

Panggung Festival Noken 2018 ini benar-benar berbagi space dengan delegasi Tambrauw. Sebab, kostum terbaik juga ditampilkan oleh Tambrauw.

“Setiap wilayah di Papua ini memiliki kekhasan kostumnya masing-masing. Hal ini tentu jadi daya tarik wisata yang besar. Silahkan berkunjung ke setiap wilayah di Papua. Selain alamnya yang eksotis, Papua juga memiliki ragam budaya yang luar biasa,” kata Budi lagi.

Melengkapi kostum, kekhasan terlihat dari penutuh kepala yang dikenakannya. Baik lelaki maupun wanita mengenakan wehus. Wehus ini tersusun dari manik-manik warna warni. Penanda khusus lalu diberikan bagi kaum wanita dengan asesoris Cenderawasih dikepalanya. Ada juga penutup kepala rukek yang khusus dikenakan oleh kaum laki-laki.

Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauziyani memuji pelaksanaan festival ini.

“Semua sisi terbaik dari budaya Papua secara menyeluruh bisa dinikmati di Festival Noken ini. Setiap detail yang ditampilkan menyimpan banyak filosofi. Setiap wisatawan yang datang akan mendapatkan banyak pencerahan,” tegas Ricky.

Sebagai pelengkap, kostum para lelaki dilengkapi dengan hapan kpek. Hapan kpek berupa selempang kecil. Berumlah 2 lembar, selempang terbuat dari anyaman daun pandan dengan manik-manik sebagai asesorisnya. Hapan kpek ini dikenakan menyilang.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjelaskan, Festival Noken sebagai fenomena budaya besar.

“Festival Noken ini fenomena budaya yang sangat besar. Melihat Papua dari satu sisi, tapi pada akhirnya menyeluruh. Ada banyak experience terbaik yang dimiliki Festival Noken ini. Selain atraksinya, Papua ini luar biasa. Sebab, amenitas dan aksesibilitasnya adalah yang terbaik,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *