Tanjung Puting Harus Bisa Hidupkan Ekonomi Kreatif

oleh -824 views
oleh

BINTARO – Rencana pengembangan kawasan wisata Tanjung Puting harus bisa merangkul banyak hal. Serta menghidupkan ekonomi kreatif. Karena, hal ini akan berdampak positif buat masyarakat yang berada di sekitar kawasan yang dikenal sebagai rumah Orang Utan itu.

Pernyataan tersebut disampaikan Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Wawan Gunawan, Jumat (25/10).

Tepatnya dalam Penyusunan Desain Strategi dan Rencana Aksi (DSRA) dan Rencana Pengembangan KPSN Tanjung Puting DSKT. Event ini dilangsungkan di Ruang Edelweis Hotel Santika Premier Bintaro.

“Rencana aksi dan pengembangan yang dilakukan di Tanjung Puting tidak boleh dilakukan setengah-setengah. Semua harus dipikirkan. Termasuk pengembangan ekonomi kreatif seperti apa yang bisa dilakukan di sana,” papar Wawan Gunawan.

Ditambahkannya, pengembangan ekonomi kreatif juga dimaksudkan untuk memperkuat destinasi Tanjung Puting.

“Pikirkan, kelebihan apa yang bisa diberikan ke wisatawan. Atau hal berbeda yang bisa dilakukan. Jangan sampai Tanjung Putting terjebak dalam hal yang itu-itu saja. Harus ada pengembangan. Dan masukkan ekonomi kreatif apa yang bisa dikembangkan di sana,” terang Wawan.

Penyusunan Desain Strategi dan Rencana Aksi (DSRA) dan Rencana Pengembangan KPSN Tanjung Puting DSKT sendiri dihadiri sejumlah stakeholder.

Selain Wawan Gunawan, hadir juga Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparefkraf Dadang Rizki Ratman, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat Wahyudi, Kepala Balai Taman Nasional Tanjung Puting Helmi, pelaku industri pariwisata di Tanjung Puting, dan sejumlah narasumber.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenparefkraf Dadang Rizki Ratman mengatakan, Tanjung Puting merupakan destinasi utama untuk kawasan Kalimantan.

“Karena keunikan daya tarik wisatanya belum dapat ditandingi oleh kawasan lain. Selain itu kematangan dari industri pariwisata dan pelaku pariwisata di kawasan ini bisa dibilang paling baik untuk kawasan Kalimantan,” paparnya.

Untuk pembangunan infrastruktur di Tanjung Putting, Dadang menilai diperlukan peran pemerintah daerah. Utamanya adalah masyarakat.

“Karena konsep dasar pembangunan destinasi wisata di Tanjung Puti harus berbasis masyarakat atau community based,” tutur Dadang lagi.

Berdasarkan data di Kemenpar, kunjungan wisman Tanjung Puting dari tahun 2017 berjumlah 14.933. angka ini meningkat pesat menjadi 18.834 pada tahun 2018. Tanjung Puting pun menjelma menjadi wilayah utama pergerakan Wisman di Kalimantan.

“Bahwa peluang dari pariwisata untuk kawasan ini tetap besar. Akan tetapi berapa lama hal itu akan terus berlangsung? Itulah pertanyaan bagi kita semua,” tutur Dadang.

Menurutnya, tantangan yang dihadapi oleh destinasi ini pun bisa dibilang sangat besar. Dari berbagai tekanan pada lingkungan seperti kebakaran hutan yang tidak kunjung selesai. Ada juga perambahan dan konversi lahan gambut menjadi kelapa sawit.

“Juga berbagai permasalahan akibat tata kelola yang tidak optimal seperti kepadatan kapal dan wisatawan, limbah, sampah, dan polusi yang mengganggu ekosistem. Belum lagi masalah klasik tentang pelibatan masyarakat dan distribusi manfaat pada masyarakat luas. Untuk itu mengembangkan dan menjaga Tanjung Puting harus melibatkan banyak pihak,” katanya.

Lewat penyusunan DSRA, diharapkan dapat dihasilkan Quick Win. Hal ini akan menjadi rujukan pengembangan Destinasi Tanjung Puting menuju World Capital of Orangutan. Dan bisa membawa Tanjung Puting menjadi kelas skala internasional.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *