Temui Thomas Cook, Menpar Arief Yahya Paparkan Program Tourism Hub

oleh -1,237 views
oleh

LONDON – Bertemu dengan travel agent yang pernah merajai pasar Eropa, Thomas Cook, dimanfaatkan Menpar Arief Yahya untuk mempromosikan Strategi Tourism Hub. Yakni program untuk menjadikan Singapore, sebagai “batu lompatan” menuju ke Indonesia. “Tawakan Kepri, Batam – Bintan pada travelers Eropa yang sudah punya planning ke Singapore, untuk menyeberang ke Indonesia dengan hot deals,” kata Menpar Arief Yahya di London.

Business meeting itu dilangsungkan di Novotel Peddington, UK, 12 Maret 2019 bersama Stuart Adamson, MD of Media & Partnerships Group, Kate Hale, International Partnership Manager dan Jill Thompson, Head of Destination Partnership. Thomas Cook dinilai sebagai perusahaan travel agent yang masih memiliki jaringan offline yang kuat di hampir semua Negara Eropa.

Kini, platform onlinenya berkolaborasi dengan Expedia amd Webjet. Thomas Cook memiliki hampir 22 ribu karyawan, bekerjasama dengan 100 aircraft, 200 pemilik hotel dan resort di 47 destinasi, dan 19 juta customers. “Sebagai perusahaan travel, Thomas Cook sangat mengakar di Eropa, dan sudah berdiri sejak 176 tahun yang silam,” ungkap Menpar Arief Yahya.

Sebagai perusahaan yang sudah berdiri sejak 1841, Thomas Cook sangat kuat di 16 negara. Tahun 2018, Thomas Cook mengirimkan wisatawan leisure ke Indonesia 16.500 travelers. Naik 13% dari tahun sebelumnya, 2017 yang masih di 14.600 wisatawan. “Destinasinya masih di Bali dan Lombok. Tahun 2018 itu, yang berasal dari Eropa, ada 11.600 travelers. Lalu yang beroriginasi Negara-Negara Nordics, 4.500 wisatawan,” jelas Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini.

Apa sih Program Tourism Hub itu? Arief Yahya menyadari, bahwa tidak mudah dan tidak murah untuk meminta penerbangan membuka rute baru, direct flight ke Indonesia. Sementara behavior travelers hampir 100%, jika disuruh memilih, direct flight atau transit, pasti memilih terbang langsung. Lebih cepat, tidak ribet, tidak perlu antre security check.

Karena itu, strategi Tourism Hub ini untuk menutupi kelemahan di plan A, direct flight dari originasi. Tourism Hub ini menangkap opportunity wisatawan yang sudah searching, booking atau bahkan sampai payment ke Singapore. Tinggal menambah budget sedikit, mereka bisa mengeksplore Indonesia melalui Kepri. “Maka dipancing dengan hot deals, paket harga kompetitif di week day atau low seasons,” jelas Arief Yahya, yang asli Banyuwangi ini.

Sebelum wisatawan Eropa terbang ke Singapore, mereka sudah diberi tahu bahwa ada paket super hot, untuk menambah experiences ke Batam Bintan. Tidak perlu mengurus VISA, karena sudah Bebas Visa Kunjungan. Paket penyeberangan (akses), hotel (amenitas) dan atraksinya diskon sampai 60%. “Ini seperti membuat penawaran yang sulit ditolak,” ungkap Doktor Strategic Management ini.

Jumlah wisatawan yang destinasi utamanya di Singapore itu ada 18 juta setahun, di 2018 lalu. Selain ada 6 juta orang Singapore plus ekspatriat yang sudah berada di Negeri Singa Putih itu. Ini juga yang oleh Menpar Arief Yahya dinamai menjaring ikan di kolam yang sudah banyak ikannya.

Maka, travel agent yang ada di Singapore digarap, juga di negara asal mereka seperti Eropa dan China. Jadi baik di destinasi maupun originasi, disosialisasikan paket-paket hot deals Kepri. “Kepri kebetulan berada di kawasan crossborder, dekat dengan originasi, karena itulah kita push untuk menyumbang jumlah wisman yang lebih banyak,” tutur Arief Yahya.

Dia menjelaskan, Pariwisata (tourism), transportasi dan telekomunikasi itu memiliki model yang mirip. Tergantung kedekatan atau proximity. Baik kedekatan jarak, maupun tradisi atau budaya. Thomas Cook dengan semua jaringan bisnisnya bisa menjadi chanel buat wisman asal Eropa yang hendak masuk ke Indonesia.

Rapat yang juga diikuti Agustina Rahayu, Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa dan Don Kardono, Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi itu berlangsung efektif. Mereka akan mensosialisasikan program hotdeals ke market Eropa. Seperti diketahui, 5 originasi terbesar pasar Eropa adalah UK, Prancis, Jerman, Belanda dan Rusia. Spending mereka lebih tinggi dengan length of time lebih lama.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *