Terapkan CHSE, Goa Bunda Maria Jembrana Siap Menerima Wisatawan

oleh -396 views
oleh

JEMBRANA – Kegiatan Rebound dan Revitalisasi Destinasi Pariwisata yang dilakukan Kemenparekraf/Baparekraf, diharapkan bisa menghidupkan kembali sejumlah destinasi di kawasan Jembrana, Bali. Termasuk juga destinasi wisata religi Goa Bunda Maria atau Goa Maria Palasari.

Harapan tersebut disampaikan Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastuktur Kemenparekraf, Hari Santosa Sungkari.

Menurutnya, kegiatan Rebound dan Revitalisasi Destinasi Pariwisata juga dibarengi dengan sosialisasi program Cleanliness, Health, Safety, Environment (CHSE).

“Dengan program yang kita jalankan ini, kita harapkan destinasi di Jembrana sudah benar-benar siap menyambut wisatawan. Apalagi kita akan menyambut libur akhir tahun. Ada harapan wisatawan akan kembali meramaikan destinasi-destinasi yang ada di Jembrana, termasuk juga Goa Maria Palasari,” tuturnya, Rabu (9/12/2020).

Hari Sungkari mengatakan, Goa Maria Palasari adalah salah satu tujuan wisata ziarah Katolik paling populer di Bali. Tak jauh dari goa, terdapat sebuah gereja yang dikenal sebagai Gereja Katolik Palasari. Desain Gereja Palasari cukup unik. Karena, memadukan gaya arsitektur Bali dan Katolik.

“Sebagai tempat ziarah dan wisata rohani, Goa Maria Palasari sangat diminati pengunjung. Kita juga prediksi destinasi ini akan ramai saat libur akhir tahun. Oleh karena itu, kita gelar program tersebut di sekitar Jembrana agar penerapan CHSE dipatuhi. Hal ini juga untuk memberikan ketenangan dan kenyamanan buat pengunjung,” katanya.

Goa Maria Palasari terletak di Dusun Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali. Jaraknya sekitar 115 km dari Denpasar. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk sekitar 22 km, dari kota Negara 21 km menuju ke arah Barat.

Menurut Hari Sungkari, Dusun Palasari sendiri cukup unik. Karena, meski mayoritas penduduknya beragama Katolik mereka tetap memegang adat-istiadat dari budaya lokal.

“Adat istiadat Bali tidak mereka lepaskan sama sekali. Contohnya, mereka beribadah mengenakan pakaian adat Bali. Selain itu, pada setiap perayaan keagamaan masyarakatnya juga memasang penjor yang biasanya identik dengan hari perayaan agama Hindu. Dan juga menggunakan musik gamelan Bali. Keunikan ini tentu memiliki nilai jual,” tuturnya.

Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kemenparekraf, Wawan Gunawan, mengatakan masyarakat sekitar Goa Maria Palasari mampu mempertahankan identitasnya sebagai warga Bali.

“Keunikan ini menjadi nilai tambah. Masyarakat sangat mempertahankan identitasnya. Hal ini terlihat dari nama-nama mereka, seperti Wayan, Nengah, Nyoman dan Ketut sesuai nama-nama orang Bali pada umumnya,” katanya

Identitas Bali juga terlihat pada musik pengiring yang terkadang menggunakan gamelan tradisional Bali dalam acara keagamaan.

“Buat wisatawan, apa yang ditampilkan Goa Maria dan Gereja Katolik Palasari adalah destinasi wisata religi dan sebuah akulturasi budaya cukup menarik. Tak heran banyak wisatawan yang berkunjung,” katanya.

Area Goa Maria Palasari juga sangat rindang. Banyak pohon tropis di sekitar tempat ini sehingga terasa cukup sejuk. Di areal ini juga ada sebuah patung Pastor Simon Buis, SVD. Beliau adalah pastor pertama kali di Palasari yang wafat tahun 1960 di Belanda.

“Dengan dukungan program rebound dan reitalisasi dan penerapan CHSE, Kemenparekraf mendukung pemulihan destinasi religi Goa Maria Palasari ini. Kita berharap pengunjung tetap merasa nyaman disini,” kata Wawan lagi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *