Terus Digass, Kemenpar Kampanye Pariwisata Indonesia Melalui RRI Atambua

oleh -1,286 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, ATAMBUA – Branding pariwisata Indonesia dilakukan Kemenpar melalui RRI Atambua. Treatment ini juga menguatkan gaung Konser Musik Perbatasan Atambua (KMPA) 2019, Jumat (8/3). Cara ini sangat efektif, sebab publik Timor Leste (Tiles) juga mengandalkan RRI Atambua sebagai kanal informasi.

Penyelenggaraan KMPA 2019 semakin berwarna. Digelar 8-9 Maret 2019, konser musik ini berlokasi di Lapangan Umum Simpang Lima, Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hari ke-1 event terlihat meriah. Sebab, Kemenpar melakukan branding pariwisata Indonesia kepada publik perbatasan. Lebih spesial, ini juga menjadi penguat promosi KMPA 2019.

“Masyarakat Tiles ini juga pendengar RRI yang setia. Dengan moment ini, kami juga memperomosikan potensi pariwisata di Atambua dan sekitarnya. Alam dan budaya di sini eksotis. Selain itu, publik Tiles juga diingatkan kembali. Sebab, ini adalah hari pertama KMPA 2019,” ungkap Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, Jumat (8/3).

Diawali ritual potong tumpeng pada Kamis (7/3), KMPA 2019 pun langsung tancap gas. Hari pertama event menampilkan beragam parade seni dan budaya tradisional. Ada juga Band Competition dengan 2 slot kategori, yaitu Youth dan Adult. Lalu, rangkaian KMPA 2019 ditutup dengan aksi Penyanyi Gerson Oliveira asal Tiles.

“Kami sengaja mengingatkan publik Tiles agar datang lebih awal di KMPA 2019. Sebab, event hari ini digelar sangat meriah. Pengunjung pasti puas dengan parade musik ala Band Competition. Hari pertama juga ada penampilan Gerson. Kami juga memberikan banyak edukasi terkait dengan crossborder,” kata Ricky lagi.

Dengan kapasitasnya, crossborder ini memiliki posisi vital. Perbatasan menjadi beranda bagi pariwisata Indonesia. Posisinya pun lalu berkembang menjadi sentra ekonomi baru. Sebab, ada interaksi masif yang ditunjukan oleh wisatawan Tiles. Pergerakan wisatawan Tiles naik 83,55% disepanjang 2018. Angka riil wisatawannya mencapai 1,76 Juta orang. Padahal pada 2017 angkanya hanya 960.026 orang wisatawan.

Bukan hanya size, kemampuan spending wisatawan Tiles juga kompetitif. Dalam setiap kunjungannya, wisatawan Tiles melakukan spending USD187,71 per trip. Length of stay rata-ratanya juga mencapai 5,99 hari. Pertumbuhan ekonomi Tiles sekitar 5%, lalu pendapatan perkapita penduduknya USD4.200 per orang. Ricky menambahkan, interaksi positif selalu diberikan market Tiles.

“Fungsi crossborder Atambua tumbuh dengan bagus. Apa yang ditunjukan masyarakat Tiles ini luar biasa. Pintu ini sudah jadi sentra ekonomi yang positif. Ke depannya pasti akan terus tumbuh. Untuk itu, event-event seperti ini dihadirkan untuk menaikan arus kunjungan wisatawan sehingga aktivitas transaksi menguat,” lanjut Ricky.

Merespon besarnya minat event crossborder, formulasi baru pun disisipkan oleh Kemenpar. Panggung yang dipersembahkan adalah bagi 2 negara, yaitu Indonesia-Tiles. Panggung ini akan menjadi etalase seni dan budaya dari 2 negara. Ricky menerangkan, ke-2 negara memiliki hubungan harmonis dan ini bisa ditingkatkan lagi melalui parade seni dan budaya di perbatasan.

“Kami akan padukan unsur budaya Tiles dan Indonesia pada konser-konser berikutnya. Harapannya, panggung ini bisa menampung budaya dari 2 negara. Hal ini tentu akan semakin bagus untuk hubungan kedua negara. Sebab, potensi besar ini dimiliki sepenuhnya di perbatasan,” terang Ricky lagi.

Mengambil momentum dari KMPA 2019, Bupati Belu Willybrodus Lay mengatakan, Atambua ditarget menjadi kota festival. Artinya, ada event dan pergerakan wisman reguler yang besar secara reguler. “Di sini ada potensi besar. Kami ingin dorong Atambua sebagai Kota Festival di masa mendatang. Atambua ini selalu dikunjungi wisatawan Tiles dalam jumlah besar. Bapak Gubernur meminta kami punya sekitar 30 festival,” katanya.

Masifnya branding pariwisata di crossborder Atambua pun diapresiasi oleh Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menpar menegaskan, kunjungan wisatawan Tiles masih bisa terus didorong. “Crossborder ini memang harus menjadi pusat ekonomi baru. Ada value besar yang bisa dinikmati masyarakat daerah. Branding harus dilakukan karena kunjungan wisatawan Tiles terus bisa ditingkatkan,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *