Tinjau PLBN Motaain, Menpar Dorong Atambua Terus Kembangkan Crossborder Tourism

oleh -1,553 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID– Menteri Pariwisata Arief Yahya melakukan dua hari kunjungan kerja ke Provinsi Nusa Tenggara Timur. Tepatnya ke Kabupaten Belu, Kota Atambua, Kamis (4/10) hingga Jumat (5/10). Menpar Arief Yahya akan hadir di sejumlah event. Tujuannya untuk meningkatkan wisata perbatasan (crossborder tourism). Goalnya, untuk mencapai target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) di 2018 dan 20 juta wisman di 2019.

Di hari pertama, Kamis (4/10), Menpar Arief Yahya meninjau pos lintas batas Motaain. PLBN ini menjadi salah satu pintu masuk (perbatasan) wisatawan dari Timor Leste.

Beliau didampingi Bupati Belu Willybrodus Lay, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT Marius Jelamu, serta sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata. Seperti Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran 1 Ni Wayan Giri Adnyani, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran 1 Regional III Ricky Fauzi dan Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti,

PLBN ini merupakan bagian dari Nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu membangun dari daerah terluar. Menpar Arief Yahya juga melihat bagaimana layanan imigrasi dan bea cukai yang baik terhadap wisatawan dari Timor Leste masuk ke Indonesia. Menurutnya, keberadaan PLBN Motaain dan layanannya yang baik sangat penting dalam mengembangkan wisata perbatasan.

“Kesan pertama saya ketika sampai di Pos Lintas Batas Negara ini adalah keren sekali. Jadi benar bahwa kita memiliki kebanggaan atas kedaulatan bangsa Indonesia,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Ia mengatakan, pariwisata perbatasan atau border tourism jumlahnya sangat besar di dunia. Ia mencontohkan negara-negara di eropa yang jumlah kunjungan wisatawannya besar karena ditunjang dengan border tourism.

Seperti Prancis yang setiap tahunnya mencapai 80 juta atau Spanyol yang mencapai 85 juta wisatawan. Begitu juga dengan negara-negara kecil di eropa yang memiliki jumlah wisatawan mencapai 10 juta karena ditopang oleh wisatawan perbatasan (border tourism) yang baik.

Karena itu Kemenpar terus mengembangkan pariwisata perbatasan yang saat ini baru memberikan kontribusi sebesar 18 persen di Indonesia.

“Pariwisata perbatasan saat ini yang berjalan baru ada di Kepri (Kepulauan Riau) dan berhasil. Tapi kenapa hanya di Kepri? Padahal kita punya banyak titik sentuh dengan negara lain seperti di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara dan di NTT, khususnya di Belu atau Atambua ini,” ujar Arief Yahya.

Khusus di Atambua, Menpar melihat dengan adanya PLBN Motaain yang begitu baik, maka faktor aksesibilitas sudah tidak ada kendala. Yang perlu didorong adalah menghadirkan atraksi agar dapat menarik minat besar wisatawan, khususnya wisatawan dari Timor Leste.

Salah satu atraksi yang bisa dibuat adalah menawarkan wisata belanja kepada wisatawan dari Timor Leste dengan barang-barang yang lebih lengkap atau juga lebih murah dari yang ada di Timor Leste. Lokasi yang bisa dijadikan kawasan wisata belanja adalah di area atau kawasan PLBN Motaain itu sendiri.

Seperti halnya yang ada di Bandara Changi Singapura, dimana sedari awal bandara tersebut dibuat tidak hanya sebagai pintu masuk wisatawan melalui udara, tapi juga sebagai destinasi wisata. Maka tidak heran jika masyarakat Singapura banyak membawa anak dan keluarganya untuk jalan-jalan di akhir pekan.

“Sekali kita disini lebih lengkap, maka orang Timor Leste akan selalu belanja disini. Saya yakin disini juga bisa jadi atraksi wisata untuk akhir pekan. Tidak hanya dari Timor Leste tapi juga dari Belu. Semakin banyak crowd yang datang dari dua negara maka akan semakin bagus. Jadikanlah pasar itu hidup disini, dan itu akan menjadi daya tarik tersendiri untuk tetangga sebelah,” kata Menpar.

Menpar juga mendorong agar event-event besar digelar di Atambua untuk bisa menarik kunjungan wisatawan. Mulai dari event musik, budaya, ataupun event-event yang memaksimalkan potensi sumber daya alam atau keindahan alam yang ada di Atambua, dan NTT pada umumnya.

“Kita sudah dapat aksesnya (PLBN), yang belum atraksinya, maka saya dengan mudah kalau rekan-rekan Kemenpar minimal membuat empat atraksi besar di Atambua, saya akan langsung setuju. Karena cara paling mudah untuk menjaring ribuan wisman adalah melalui overland (Border Tourism),” kata Menpar.

Menpar juga tidak terlalu khawatir untuk amenitas. Karena dengan konsep Nomadic Tourism yang terus digalakkan Kemenpar, maka hal-hal penting dalam menjaring wisatawan sudah dapat teratasi.

“Yang paling bagus adalah nomadic tourism. Nomor satu adalah karavan, kedua kemah. Pilihlah spot-spot terindah di Belu untuk menjadi lokasi. Atau juga homepod. Intinya adalah buat amenitas yang mudah untuk berpindah-pindah dan tidak harus mahal. Silakan buat dan nanti akan kita undang investor untuk mengembangkan nomadic tourism disini,” kata Arief Yahya.

Selain meninjau PLBN Motaain, Menpar juga akan mengunjungi sejumlah destinasi yang ada di Atambua. Mulai dari Kawasan Wisata Mangrove Desa Dilawan, Pantai Berluli dan mengikuti Ritual Penyucian kembali Rumah Adat Suku Atok Bau Uma Meo.

Kemudian di hari kedua, Jumat (5/10), Menpar akan menghadiri festival Fulan Fehan serta mengunjungi Pantai Pasir Putih Desa Kenebibi. Di Pantai Pasir Putih ini Menpar akan meresmikan Destinasi Digital dan pembukaan Festival Wonderful Indonesia.

Malam harinya Menpar akan hadir di konser Cross Boder di lapangan umum Simpang Lima. Konser ini akan menghadirkan bintang tamu Maria Simorangkir yang merupakan jebolan Indonesian Idol 2017, selain penampilan band-band lokal serta band asal Timor Leste, serta pertunjukan seni budaya.

Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, di pekan ini memang ada banyak kegiatan yang didukung Kemenpar. Mulai dari festival Konser Musik Cross Border Atambua 4-5 Oktober dan Festival Wonderful Indonesia 4-5 Oktober dan Festival Fulan Fehan yang masuk dalam top 100 Calender of Event Kemenpar yang akan digelar pada 6 Oktober 2018.

“Festival Crossboder Atambua 2018 adalah agenda tahunan Kemenpar yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Provinsi NTT dan Dinas Pariwisata Kabupaten Belu,” ujar Giri Adnyani.

NTT tahun ini memang ditargetkan sebagai penyumbang wsiman crossborder area kedua setelah Kepulauan Riau (Kepri). NTT ditargetkan menyumbang wisman sebesar 1.635.354 pada 2018, satu tingkat lebih kecil dibawah Kepri yang tahun ini ditargetkan menyumbang wisman sebesar 2.187.000.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, wisman Timor Leste pada periode Januari hingga Juli 2018 sudah mencapai 1.005.600. Naik 89,16 persen atau 531.600 wisman dibanding periode yang sama di tahun lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *