Tradisi Labuan Bajo Sambut Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner

oleh -813 views
oleh

LABUAN BAJO – Sambutan spesial diberikan bagi peserta Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner Labuan Bajo. Para peserta disambut 3 tradisi budaya sekaligus. Ada Ritual Kepok, Pengalungan Tenun, dan Tari Tiba Meka. Ketiganya mampu menghipnotis 23 peserta famtrip asal 3 negara, Australia, Malaysia, dan Indonesia.

Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner digelar 8-11 Oktober 2019 di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ada 5 destinasi yang dieksplorasi. Ada Pulau Padar, Pink Beach, Pulau Rinca, Pulau Kalong, Liang Dara, hingga Batu Cermin. Famtrip semakin lengkap dengan eksplorasi kuliner.

“Kami sangat bersyukur dengan kehadiran peserta Famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner. Mereka akan membuat promosi Labuan Bajo kian kencang. Ada beragam keindahan alam dan budaya yang bisa dieksplorasi. Dan, kami mengenalkannya kepada mereka,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Manggarai Barat Agustinus Rinus, Selasa (8/10).

Memakai maskapai AirAsia, 23 peserta landing di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo, Selasa (8/10) pukul 14.15 WITA. Mereka langsung disuguhkan Tradisi Kepok. Tradisi ini dilakukan dengan ayam putih dan moke putih. Moke putih ini disimpan dalam tawu, yaitu wadah yang terbuat dari buah labu besar. Ritual dipimpin Tua (kepala adat) dengan busana adat khas.

“Promosi Wisata Budaya dan Kuliner akan menjadi famtrip menarik. Sebab, Labuan Bajo menawarkan beragam destinasi terbaik. View permukaan dan bawah lautnya sama-sama eksotis. Belum lagi warna budaya dan kuliner khasnya. Gambaran keindahan budaya ditampilkan dalam prosesi penyambutan,” terang Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani.

Rtual Kepok berisi ucapan khusus selamat datang. Ucapan tersebut diberikan oleh masyarakat Manggarai Barat, mulai dari Sulung hingga Bungsu. Usai pembacaan narasi, perwakilan peserta menerima Tuak Curu dan Manuk Kapu.

“Ritual Kepok memang sarat filosofi. Ritual ini juga tentu jadi doa keselamatan bagi semuanya. Kami sangat optimistis, famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner akan membawa impact sangat positif bagi pariwisata Labuan Bajo bahkan Nusa Tenggara Timur,” lanjut Rizki lagi.

Prosesi penyambutan peserta famtrip makin lengkap dengan pengalungan Tenun. Motifnya Mata Manuk dengan dominasi warna hitam sebagai simbol kesejahteraan.

Motif Mata Manuk memiliki makna religi. Sebab, motif ini dikaitkan dengan Tuhan yang maha melihat dan maha tahu. Artinya masyarakat Maggarai Barat percaya, Tuhan bisa melihat ceruk paling dalam sekalipun.

Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional IV Kemenpar Adella Raung menerangkan, ada kesan positif yang dirasakan peserta famtrip.

“Para peserta famtrip pasti akan terkesan. Sebelum mengeksplorasi destinasi di sana, mereka mendapat gambaran eksotisnya budaya. Labuan Bajo dengan Manggarai Baratnya terkenal melalui kearifan lokal. Selain ritual adat, Manggarai Barat juga lekat dengan karya tenunnya. Tenun ini bisa dieksplorasi dan jadi souvenir,” terang Adella.

Nusa Tenggara Timur memang menjadi sentra tenun, termasuk Manggarai Barat. Selain Mata Manuk, Manggarai ini memiliki tenun khas bermotif Songke. Tenun ini memiliki background warna hitam dengan hiasan warna warni di atasnya. Detail motifnya berupa garis dengan arti khusus. Su’i misalnya, garis ini jadi lambang segala sesuatu pasti memiliki akhir. Tenun biasanya dipakai dalam ritual adat.

“Peserta akan mendapatkan experience lengkap selama mengeksplorasi keindahan Labuan Bajo. Sebab, view bawah air di sana memang luar biasa. Kami optimistis, setelah famtrip ini pergerakan wisman ke Labuan Bajo akan semakin positif. Ada value secara ekonomi yang bisa dimanfaatkan masyarakat,” tegas Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Rangkaian ceremony peyambutan peserta diakhiri dengan Tari Tiba Meka.

“Kami ucapkan selamat datang bagi peserta famtrip Promosi Wisata Budaya dan Kuliner Labuan Bajo. Silahkan eksplorasi dan nikmati eksotisnya beragam destinasi di sana. Karakternya memang sangat khas di sana. Jangan lupa kabarkan kepada dunia beragam keindahan tersebut,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *