UNWTO Dukung Sustainable Tourism Development di Indonesia

oleh -1,352 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, MADRID – Satu dari 3 misi utama Menpar Arief Yahya dan rombongan ke UNWTO Madrid, 23-25 Januari 2019 adalah Sustainable Tourism Development. Selain MPD, Mobile Positioning Data yang bakal semakin mendunia dan didorong oleh Lembaga PBB yang bergerak di sektor Pariwisata itu dan juga Homestay Desa Wisata.

“Iya tentu kami akan mendukung dan mendorong Indonesia semakin luas menerapkan Sustainable Tourism Development itu,” harap Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili di FITUR Madrid, 24 Januari 2019.

Arief Yahya yang tahun 2013 dinobatkan sebagai Marketeers of The Year oleh Mark Plus itu menyebut, Indonesia sudah mengikuti saran dan masukan UNWTO. Apa yang dilakukan untuk membangun Pariwisata berkelanjutan ini atas panduan UNWTO. “Indonesia menjadi negara kedua di Asia Pasifik, setelah China, yang sudah menerapkan STO – Sustainable Tourism Observatory,” kata dia.

Komitmen Indonesia dalam mengembangkan konsep STD Sustainable Tourism Development, Sustainable Tourism Observatory (STO), dan menuju Sustainable Tourism Certification (STC) sangat serius dan progres. Selama tiga tahun terakhir, Kemenpar cukup getol membangun konsep pengembangan Pariwisata berkelanjutan itu, lalu berkunjung dan memberikan pelatihan.

Bahkan Menpar Arief Yahya membentuk Pokja Pariwisata Berkelanjutan sendiri yang diketuai Valerina Daniel. “Kami betul-betul berkomitmen untuk mengembangkan STD, sejak 2016, melalui SK Menpar no 14/2016. Lalu membangun 5 model STO, yang menjadi bagian dari UNWTO. Sampai-sampai Indonesia menjadi negara kedua se Asia Pasifik, setelah China yang membangun STO,” jelasnya.

Ke-5 STO yang masuk dalam network INSTO itu adalah: Pangandaran (bersama ITB Bandung), Sleman Jogjakarta (dengan UGM), Sasaot Lombok (dengan Universitas Mataram), Samosir (dengan Universitas Sumatera Utara), dan Sanur Bali (dengan Universitas Udayana).

Setelah 5 lokasi berjalan, kini dikembangkan 7 titik lagi, yang semua berada di kawasan yang sedang dikembangkan sebagai 10 Bali Baru, atau 10 Destinasi Prioritas. Diantaranya, Tanjung Lesung Banten (dengan Universitas Indonesia), Tanjung Kelayang Belitung (dengan IPB Bogor), Kepulauan Seribu Jakarta (dengan Universitas Pancasila), Bromo Tengger Semeru – BTS (dengan Unair Surabaya), Labuan Bajo Komodo (dengan Universitas Flores), Wakatobi Sultra (dengan Universitas Hasanuddin Makassar) dan Morotai Maluku Utara (dengan Universitas Khairun).

Tahap berikutnya, kata Menpar Arief Yahya, Kemenpar membentuk ISTC – Indonesia Sustainable Tourism Council, untuk menyusun guidelines dan program sertifikasi. Kemenpar menggandeng GSTC, membuat ToT – Training of Trainners, dan mengeluarkan sertifikat Pariwisata berkelanjutan.

Dalam banyak kesempatan, Menpar Arief Yahya melontarkan kata-kata: “Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan. Saya sering menggunakan istilah ECE – Environment, Community, dan Economic Value. Atau dengan bahasa yang lebih mudah 3P, Planet People Prosperity,” ungkap Arief Yahya.

Sehari sebelumnya, 23 Januari 2019, Valerina Daniel dan Surana juga sudah berkunjung ke UNWTO Headquarter. Dia bersama tim Pokja Pariwisata Berkelanjutan Kemenpar bertemu Pertemuan dengan Dr. Dirk Glaesser, Director for Sustainable Development of Tourism Department. “Detailnya banyak, dan akan segera kita implementasikan di lapangan,” ungkap Valerina Daniel.

Menurut Valerina, konsep STD-STO-STC ini diarahkan menuju SDGs – Sustainable Development Goals di pariwisata. Terutama point, pengembangan pariwisata yang sanggup menggerakkan ekonomi masyarakat. Ini sangat inline dengan program Presiden Jokowi yang ingin mambawa Indonesia menuju SDGs – Sustainable Development Goals.

Salah satu poin penting dalam STO adalah weste management atau manajemen sampah masyarakat. Bagaimana mengelola sampah plastic, organic, non organic? Soal kebersihan? Apakah sudah ada system monitoring, dengan menggunakan teknologi? Soal green energy? Yang memberi membuat destinasi itu bisa hidup nyaman berkelanjutan?

“Karena itu, kami akan bekerjasama dengan Pemda, Pemkab, Pemkot, dalam hal manajemen sampah. Karena itu menjadi indicator penting dalam membangun destinasi yang berkelanjutan. Tentu, kami juga akan lebih intens dengan kampus atau universitas yang selama ini sudah bekerjasama,” ungkap Valerina.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *