UNWTO Setuju Indonesia Kembangkan Program Homestay dan Desa Wisata

oleh -1,449 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, MADRID – Homestay Desa Wisata adalah poin ketiga yang dibawa Menpar Arief Yahya dalam misi ke UNWTO Madrid, 24 Januari 2019. Selain soal MPD Mobile Positioning Data dan Sustainable Tourism Development. Ketika pertama kali disebut homestay desa wisata, Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili langsung menyahut; “Perfectly!”

Selanjutnya, Mr Zurab yang berasal dari Georgia itu bertanya soal skema pembiayaan, berasal darimana untuk membangun homestay dan desa wisata itu? Menpar Arief Yahya pun menjelaskan soal CSR – Corporate Social Responsibility dari perusahaan-perusahaan Negara atau BUMN. Juga pinjaman lunak dengan bunga rendah dan tenor atau masa pengembalian yang panjang, agar mereka yang tergolong UMKM itu bisa hidup berkembang.

Selain itu, juga pembangunan infrastruktur oleh pemerintah, melalui Kemendes. “Kemenpar bersama Kemendes menargetkan 2000 desa wisata. Tahun 2018, baru 1.734 desa. Tahun 2019 ini mentargetkan 10.000 homestay di 10 destinasi prioritas. Selama 2017-2018, sudah menyentuh di 2.938 homestay. Diantaranya, mengubah menjadi homestay 2640 unit, merenovasi 203 unit, dan membangun baru 95 unit,” kata Arief Yahya.

Mengapa homestay dan desa wisata itu menjadi salah satu focus Kementerian Pariwisata RI? Menpar Arief mengemukakan beberapa alasan. Pertama, Indonesia adalah negara besar, area yang sangat luas, kepulauan dan terbentang dari Sabang sampai Merauke. “Ada lebih dari 17 ribu pulau yang ada di Indonesia, dan lebih dari 75 ribu desa,” ujar Arief Yahya.

Kedua, membangun hotel yang fix, membutuhkan waktu yang sangat panjang, bisa 4-5 tahun baru jadi. Sementara dengan target 20 juta wisman di 2019, maka Indonesia harus menyiapkan akomodasi yang cepat dan tetap memiliki daya tarik. Karena itu solusi terbaik adalah dengan mengembangkan rumah penduduk sebagai tempat akomodasi, yang bisa bersentuhan langsung dengan budaya dan adat istiadatnya.

Ketiga, dengan mengembangkan homestay dan desa wisata, itu semakin memperkuat bahwa dampak ekonomi di sector pariwisata itu menetes sampai ke bawah. Tentu, Kemenpar akan berkolaborasi dengan Kemendes yang memiliki budget untuk pengembangan kawasan pedesaan.

Oleh karena itu, Menteri Pariwisata meminta UNWTO untuk mendampingi, dan sekaligus memberikan advise tentang apa yang harus dilakukan oleh Indonesia dalam mengembangkan homestay dan desa wisata itu. “Kalau soal potensi, Indonesia adalah gudangnya,” kata Arief Yahya yang diiyakan oleh Sekjen Zurab.
Yang mendampingi Menpar Arief Yahya di UNWTO adalah Nia Niscaya Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Giri Adnyani, Sestama BPS Adi Lumaksono, Dubes RI di Madrid Hermono, Stafsus Bidang IT Sam Sriyono Nugrono, Stafsus Bidang Media dan Komunikasi Don Kardono, Ketua Tim Pokja Pariwisata Berkelanjutan Valerina Daniel.

Sedangkan di pihak UNWTO, ada Sekjen Mr Zurab bersama Mr. Zhu Shanzhong, Executive Director at the World Tourism Organization (UNWTO), Mr. Xu Jing, Regional Director for Asia and the Pacific (UNWTO), Beka Jakeli
Senior Officer of the Regional Programme for Europe, United Nations World Tourism Organization (UNWTO) dan beberapa staf lainnya.

Soal membangun desa ini juga pas dengan program Presiden Jokowi soal menggarap daerah terdepan (istilah untuk daerah terluar, red), terpencil, perbatasan. “Mereka itu semua membutuhkan pengembangan destinasi wisata, agar ekonomi dan sosialnya semakin membaik dan stabil,” katanya.

(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *