Wayang Ajen Media Strategis Diplomasi Budaya

oleh -827 views
oleh

JAKARTA – Wayang Ajen dinilai akademisi sebagai media diplomasi budaya yang strategis. Konsepnya adaptif kekinian baik cerita maupun fisik tampilannya. Fungsinya semakin luas melalui beragam pesan negara yang ikut disampaikan di dalamnya.

Posisi Wayang Ajen sebagai media diplomasi budaya dikaji melalui penelitian mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Institut ini berada di Buahbatu 212, Bandung, Jawa Barat. Pengkajinya adalah Arthur Supardan Nalan dengan email arthur_nalan@rocketmail.com. Metode yang digunakannya Deskriptif Kualitatif dengan peneliti memposisikan diri sebagai pengamat partisipan.

“Wayang Ajen memang mendapatkan beragam apresiasi. Bentuknya beragam, salah satunya jadi bagian penelitian para akademisi. Secara keseluruhan, Wayang Ajen memang memiliki beragam sisi unik dan selalu adaptif dengan perkembangan zaman. Pakemnya tetap mengacu pada wayang pada umumnya,” ungkap Asisten Deputi Destinasi Regional II Kemenparekraf Wawan Gunawan, Minggu (2/2).

Secara basic, wayang menjadi perpaduan dari 5 elemen. Ada Seni Kreasi, Panggung, Kerajinan, Ripta, dan Widya. Seni Kreasi berisi konsep dan kreasi baru, lalu drama juga karawitan menjadi elemen Seni Panggung. Seni Kerajinan berupa lukisan, adapun Seni Ripta menjadi gabungan sanggit dan sastra. Ada juga inspirasi Seni Widya dengan filsafat dan pendidikan.

Menjadi obyek kajian, Wayang Ajen masuk dalam ruang kontemporer. Kapabilitasnya sudah diakui oleh Unesco sejak 2003. Bagi beragam karya kreatif, apresiasi Unesco menjadi tantangan. Sebab, karya seni ini harus terus dilestarikan dan dikembangkan dengan beragam cara. Wayang ini dikendalikan oleh para seniman yang dipahami secara modern, bukan dalang seniman tradisional.

“Bisa dimengerti bila bentuk lengkap wayang meliputi estetika, etika, hingga filsafat. Dari situ, Wayang Ajen ditampilkan dalam konsep menarik. Sebab, cara ini menjadi bagian dari pelestarian. Agar wayang bisa diterima oleh semua generasi, khususnya para milenial. Lebih luas lagi menjadi media pergaulan bahkan diplomatik antar negara,” terang Wawan.

Menjadi bagian diplomasi budaya, Wayang Ajen sudah tampil 52 kali di berbagai negara para rentang 2001-2018. Sebut saja, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Korea Selatan, India, Jepang, Bahrain, dan Iran. Selain Asia, wayang tersebut manggung di Spanyol, Jerman, Prancis, Italia, Rusia, Cekoslowakia, Belgia, Bulgaria, Hongaria, Swedia, Belanda, Yunani, Siprus, Kuba, Mesir, dan Brasil,

Untuk kawasan domestik, Wayang Ajen sudah ditampilkan di 200 kota/kabupaten. Rentang pementasan Wayang Ajen sepanjang 1999-2019. Ceritanya dikemas dalam bentuk karangan. Sumber utamanya tetap Mahabarata dan Ramayana. Dinamisasi ceritanya berkembang melalui rekayasa dan bukan hasil repetisi. Wawan menambahkan, Wayang Ajen terus mengalami diversifikasi fungsi.

“Adaptif terhadap perubahan menjadi keharusan bila sebuah karya kreatif ingin bertahan lama. Namun demikian, tidak melenceng jauh dari pakemnya. Seiring waktu, Wayang Ajen mengalami diversifikasi. Fungsinya terus berkembang, apalagi dalam posisi sebagai media diplomasi budaya,” lanjut Wawan.

Diterima publik dan ramah bagi seluruh kalangan, Wayang Ajen menjadi media penyampai beragam pesan. Ada pesan dari negara yang disampaikan Wayang Ajen. Pesan itu disampaikannya dalam acara kenegaraan formal. Meski demikian, wayang ini tetap membawa pesan budaya. Sebab, Wayang Ajen ini sering tampil dalam beragam festival internasional.

Pesan budaya pun menjadi lebih luwes untuk membranding destinasi wisata Indonesia. Pesan tersebut menjadi lebih bebas dalam hal komunikasi dengan para audiens asing. Plt Kepala Biro Komuniksi Publik Kemenparekraf Guntur Sakti menyatakan, Wawan Ajen mengalami perjalanan panjang untuk mencapai multifungsi seperti saat ini.

“Wayang Ajen memang menginspirasi. Wajar bila kalangan akademisi tertarik untuk menguliknya lebih jauh. Secara konsep menarik. Posisinya sebagai wayang kontemporer itu memberikan ruang kreativitas yang besar. Potensi ini juga berhasil dieksplorasi Wayang Ajen dan seiring waktu bisa memiliki banyak fungsi,” tutup Guntur.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *