Wisata Sejarah ‘We Love Bali’ Berbasis CHSE di Pura Luhur Uluwatu Tampilkan Kejayaan Kerajaan Hindu di Bali

oleh -421 views
oleh

BADUNG – Bepergian ke Bali kurang lengkap rasanya jika tidak mengunjungi destinasi wisata Pura Uluwatu. Di sekitar Pura Uluwatu ini dihuni setidaknya oleh ratusan monyet ekor panjang. Hal inilah yang membuat destinasi wisata ini terkesan menarik dan eksotik.

Dari segi geografis, Pura Uluwatu terletak di atas bukit kapur dengan ketinggian sekitar 97 meter di atas permukaan laut. Memasuki areal pura, Anda harus menapaki puluhan anak tangga. Pelinggih pertama yang dijumpai adalah pelinggih Dalem Bajurit di halaman jaba sisi yang merupakan Pura Pesanakan Uluwatu dan pengembangan pada zaman Dang Hyang Nirarta, terletak pada sisi sebelah kiri di Pura Dalem Bajurit ini terdapat 3 buah tugu Tri Murti yaitu patung Brahma, Ratu Bagus Dalem Jurit (perwujudan Siwa Rudra) dan Wisnu.

Pura yang terletak di ujung barat daya Pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin.

Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan. Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya.

Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksa atau Ngeluhur di tempat ini. Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.

Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan event internasional sering kali diadakan di sini.

Di masa New Normal pandemi Covid-19, destinasi wisata ini tetap menetapkan protokol kesehatan berbasis CHSE (Cleanlinnes, Health, Safety, dan Environment Sustainability), sebagai bentuk upaya menekan penyebaran virus Covid-19.

Hal itu terlihat dari tersedianya tempat mencuci tangan, pengecekan suhu kondisi tubuh pengunjung dan juga adanya penanda untuk selalu menjaga jarak antar wisatawan lain.

Perlu dicatat, sebelum memasuki kawasan Pura Uluwatu ini, pengunjung disarankan tidak mengenakan kacamata, topi dan menggenggam ponsel. Hal tersebut guna menghindari perampasan barang dari para gerombolan monyet.

Namun, jika barang Anda dirampas oleh monyet, tak perlu panik. Karena petugas akan membantu Anda untuk mendapatkan barangnya kembali dengan menggunakan makanan sebagai pancingannya.

Hari kedua pelaksanaan program “We Love Bali” yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) pesert diajak mengunjungi pura yang eksotik tersebut.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Event) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani menerangkan, dalam upaya memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi COVID-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali, Pemerintah Daerah Bali melalui Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali yang didukung dan dibiayai penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Enonomi Kreatif/ Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan program ‘We Love Bali’, di mana masyarakat lokal diundang dan dibiayai untuk berlibur dan menikmati daya tarik wisata Bali sekaligus diperkenalkan dan mendapatkan edukasi terkait penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE yaitu cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan) dan environment friendly (ramah lingkungan).

Ia melanjutkan, implementasi penerapan CHSE melalui program ‘We Love Bali’ ini merupakan salah satu bentuk dukungan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif termasuk hotel, usaha perjalanan wisata, usaha transport, pemandu wisata, restoran, daerah tujuan wisata, UMKM dan lain sebagainya. “Kegiatan ini bertujuan memperbaiki kondisi ekonomi yang terpuruk selama pandemi COVID-19 dan dalam rangka membangkitkan pariwisata Bali,” ujarnya, Senin (7/12/2020).

Adapun destinasi wisata yang dikunjungi adalah destinasi wisata yang sudah populer maupun destinasi baru di seluruh penjuru Bali. Program We Love Bali ini bertujuan untuk memberikan edukasi penerapan protokol CHSE kepada peserta, pelaku usaha pariwisata dan masyarakat di destinasi wisata, sebagai sarana memperkenalkan destinasi/atraksi wisata baru yang tersebar di seluruh Pulau Bali, mempromosikan pariwisata Bali Era Baru melalui media sosial peserta, menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisatawan mancanegara sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020 dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di destinasi wisata yang dikunjungi.

“Pelaksanaan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat di setiap daya tarik wisata yang dikunjungi, seperti wajib mengikuti pengecekan suhu tubuh, mencuci tangan sebelum memasuki daya tarik wisata, menggunakan handsanitizer, mengenakan masker dan menjaga jarak saat berkunjung ke destinasi wisata,” kata Rizki.

“Peserta diharapkan menjadi duta pariwisata yang dapat menggaungkan bahwa Bali siap menerima kunjungan wisatawan dengan penerapan protokol kesehatan yang baik, sekaligus memberi contoh pada masyarakat bagaimana cara berwisata yang aman dan bertanggungjawab untuk mencegah penularan Covid-19,” tambah dia.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *