Wisman Lombok Puas dengan Layanan Crisis Center Kemenpar

oleh -2,003 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, LOMBOK – Seorang turis asal Jerman, Barry, mengaku mendapatkan banyak kemudahan pasca gempa besar yang melanda Lombok beberapa waktu lal1u. Menurutnya, semua orang sangat peduli dan ramah kepada wisatawan usai gempa berkekuatan 7.0 SR yang terjadi Minggu, 7 Agustus 2018, pukul 18.46 WIB itu.

Kesan positif dan sangat memuaskan tersebut disampaikan Barry saat melakukan video call dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya, Selasa (7/8). Jauh dari kesan “tidak terurus” dan proses pengantaran dari Gili Trawangan sampai ke Pulau Lombok dan Bali free of charge.

“Mereka sangat peduli dengan turis. Bahkan kini saya bisa menikmati noodle soup (mie instan, red). Mereka juga mengorganisir transportasi dengan sangat baik. Kami dipermudah serta memiliki banyak pilihan,” tutur Barry.

Dari paparannya, para wisatawan memiliki banyak opsi. “Bisa terbang langsung ke Bali, memilih ferry, bertahan di bandara, atau mencari penginapan. Pilihannya banyak,” paparnya.

Ia pun mengapresiasi kinerja cepat pemerintah dalam menangani bencana ini. “Para wisatawan juga mendapatkan makanan yang cukup dalam dua hari ini (setelah gempa). Saya sangat mengapresiasi kerja cepat dalam penanganan ini,” paparnya, yang akan melanjutkan perjalanan ke Bali melalui pelabuhan Lembar.

Kepada Menteri Arief Yahya, Barry yang mengenakan kaus biru muda itu mengaku enjoy, dan melanjutkan liburannya ke Pulau Dewata. “Saya akan kembali ke Bali. Karena di sana lebih aman. Tapi saya juga yakin perbaikan infrastruktur di Lombok akan segera dilakukan dan kondisi akan kembali pulih,” paparnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengucapkan terima kasih kepada Barry atas kesan positif yang diterima dan disampaikannya. “Silahkan lanjutkan menikmati Bali. Bali adalah tempat yang aman. So enjoy Bali,” tutur Menpar.

Menpar Arief juga mendapat laporan dari suasana terkini Gili Trawangan oleh Ketua Tim Crisis Center Kemenpar, Guntur Sakti yang sedang menyisir pulau indah berpasir putih itu. “Di sini sudah kosong, tidak ada lagi wisman maupun wisnus yang antre menunggu kapal jemputan seperti hari pertama, Senin 6 Agustus 2018. Semua yang ingin escape sudah diantar dengan kapal-kapal,” ungkap Guntur Sakti.

Kalau pun masih ada yang stay di Gili Gili, itu dipastikan mereka yang tidak ingin cepat-cepat meninggalkan pulau. Hal itu diperkuat oleh Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB melalui twiternya, @Sutopo_PN yang diposting pukul 19.16 WIB dan di views 5.118 orang, di retweets 158 akun, dan di like 121 viewers.

“Evakuasi wisatawan dan penduduk dari Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air sudah selesai dilakukan pada 7/8/2018 pukul 15.00 WIB. Semua sudah dievakuasi keluar dari pulau menuju Bali dan Lombok menggunakan 11 kapal,” twit Sutopo.

Tidak ada yang berbayar, semuanya free of charge. Bahkan TNI dan Polri masih menyisir kantung-kantung wisatawan di Lombok yang masih membutuhkan bantuan pengantaran.

“Besok pagi, 8 Agustus 2018 (hari ini, red), Pak Panglima TNI Jenderal Hadi Tjahjanto dan Pak Kapolri Jenderal Tito Karnavian akan terbang ke Lombok, memastikan semua aman, lancar, dan terangkut semua,” tambah Menpar Arief Yahya.

Jika terjadi hal-hal negatif, dalam proses penjemputan dan pengantaran wisman, tentu sudah ramai di media sosial. Sekarang era digital, yang setiap peristiwa, bisa langsung di share di media sosial. “Kami sadar itu. Dari Gili Trawangan, saya live video conference dengan tim Crisis Center, kalau tidak ada jaringan internet, pasti tidak mungkin bisa live,” jelas Arief Yahya.

Arief Yahya sadar betul, bahwa penjemputan wisman di Gili Trawangan itu sangat penting dan mendesak. Pelayanan terhadap wisatawan yang terimbas bencana juga harus prima. “Ada pepatah, a friend in need is a friend indeed. A friend who helps out when we are in trouble is a true friend!” kata Menpar Arief, di depan wartawan di Gedung Sapta Pesona.

Sahabat sejati itu hadir di saat kita membutuhkan pertolongan! Jika kita membantu di saat mereka sedang membutuhkan bantuan, itu akan dikenang sepanjang hayatnya. “Kalau kita bantu mereka dengan tulus, Lombok dan Wonderful Indonesia akan selalu di hati mereka. Kita menjadi sahabat sejati,” kata Arief Yahya.

Begitu pun sebaliknya. Jika kita mencederai di saat mereka membutuhkan, maka kita akan dibenci seumur hidup. “Jadi, sahabat sejati itu mirip wanita. Sentuhlah hatinya! Mirip lagunya Arie Lasso!” kata dia.

Selasa (7/8) itu, Menpar Arief Yahya memantau penanganan krisis gempa melalui video conference. Menpar tidak sendiri. Ia didampingi Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara dan Staf Khusus Bidang Komunikasi Don Kardono, dan Kabag Manajemen Krisis Kepariwisataan Dessy Suryaningrat.

“Kita terus memantau perkembangan di lapangan. Termasuk mengetahui bagaimana proses evakuasi dijalankan. Dan apakah para korban juga wisatawan dalam posisi yang aman. Kita harus pastikan semua berjalan dengan benar,” papar Menpar.

Peninjauan dilakukan dari ruangan Crisis Center Kemenpar. Tepatnya di ruang Pusat Komunikasi Publik Gedung Sapta Pesona. Dari ruang tersebut, Menpar melakukan Video Conference dengan stakeholder dan tim Crisis Center yang berada di Lombok.

Video Conference dilakukan 3 kali. Pertama dengan Kepala Pusat Komunikasi Publik Guntur Sakti, dan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB M. Lalu Faozal yang sedang berada di Gili Trawangan. Juga Posko Crisis Center di Kantor Dispar NTB.

Video Conference kedua dilakukan dengan General Manager Bandara Internasional Praya Lombok, I Gusti Ngurah Ardita. Menpar menyampaikan agar jangan sampai terjadi penumpukan penumpang di Bandara Lombok.

Dan ketiga dilakukan dengan Hendry Noviardi, Kabid Area Lombok dari Pemasaran 1 Regional 2.
“Semua wisman yang kita evakuasi, memberi apresiasi tinggi. Dan mereka tidak hentinya menyampaikan ucapan terima kasih ke kita,” terang Hendry kepada Menpar Arief Yahya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *