20 Tahun Lalu, PBB Lahir Sebagai Partai Intelek

oleh -1,426 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, 20 tahun lalu saat hiruk pikuknya Reformasi 1998, pada tanggal 17 Juli 1998 lahirlah sebuah partai politik yang bernafaskan islam. Para ulama, ustadz, cendikiawan dan aktivis Islam hingga tokoh-tokoh masyumi yang menjadi cikal bakal berdirinya partai sepakat memberi nama Partai Bulan Bintang (PBB).

PBB, sejak berdiri telah banyak memberikan kontribusi baik pemikiran, gagasan maupun dalam bentuk literatur undang-undang serta peraturan daerah (Perda). Sejalan dengan waktu, PBB mengalami pasang surut dan tantangan yg sangat keras dengan terbatasnya dana.

Diketahui, dana sebagai syarat mutlak untuk bertarung dalam pesta demokrasi. Karena, bermodalkan semangat juang sebagai landasan motivasi para kader, PBB tetap terus eksis  tanpa berharap bantuan maupun sokongan dari konglomerat maupun asing.

PBB yang dikomandoi oleh pakar hukum tata negara Prof DR Yusril Ihza Mahendra terus tumbuh. Gagasan dan pemikirannya sangat diperlukan bagi bangsa.

Yusril hingga saat ini terus menelurkan gagasan untuk kemajuan bangsa. Bahkan, kritikan yang tajam terhadap pemerintah dia lontarkan tanpa ada rasa takut.

Kehadiran PBB tentunya masih diperlukan baik sebagai partai politik juga sebagai garda terdepan menjaga NKRI dan umat Islam Indonesia.

Saya adalah kader PBB yang sejak berdiri hingga saat ini masih setia dan loyal. Nama saya tercatat sebagai salah satu calon legislatif (caleg) DPRD DKI Jakarta.

Dalam menyambut pesta demokrasi, seluruh persyaratan menjadi caleg sudah saya siapkan.

Ada pertanyaan menarik kepada saat saya melakukan cek kesehatan rohani atau jiwa. Pertanyaan itu apa alasan dan motivasi saya untuk menjadi anggota dewan.

Jawaban saya adalah: Saya ingin mengabdi dan bekerja keras memprbaiki kondisi saat ini yg mungkin jarang diketahui oleh kita semua bahwa dipojok dan pesisir ibukota negara kita ini masih ada kampung kumuh yang tidak layak untuk ditempati.

Bahkan, yang membuat saya miris adalah, derasnya modernisasi dan globalisasi, masih banyak juga bayi kekurangan gizi. Saya yakin dengan merebut kekuasaan sebagai anggota dewan bisa memperjuangkan semua persoalan.

Nah, pekerjaan rumah (PR) terberat adalah bagaimana kawasan reklamasi bisa dijadikan rumah pemukiman nelayan yang modern.

Permukiman nelayan tentunya mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penghuninya. Selain itu, pendidikan moral juga menjadi hal utama yang menjadi problem di ibukota khususnya Jakarta Utara.

Saya paham karena memang saya lahir dan tumbuh di daerah Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dari persoalan tersebut mungkin inilah memotivasi saya maju sebagai caleg.

Pertanyaan lainnya saat tes adalah, mengapa Anda memilih PBB sebagai kendaraan politik anda untuk maju?.

Jawaban saya: PBB adalah satu-satunya partai politik yg masih konsisten memperjuangkan kepentingan rakyat dan umat islam sampai saat ini. Dan sejak berdirinya PBB, saya tetap setia.

Buat saya berjuang dan memilih kendaraan sebagai alat perjuangan haruslah sudah diperhitungkan sejak awal masuk dan bergabung dengan melihat AD/ART yang berlandaskan Pancasila sebagai dasar NKRI.

Selain itu, PBB memliki literatur yang tertulis sebagai khittah perjuangannya yaitu tafsir azas yang menuangkan dasar-dasar perjuangan dalam berpolitik dengan berlandaskan Al-Quran dan hadist.

Jadi inilah yang membuat saya tetap konsisten di PBB walaupun banyak tawaran dari partai lain dengan segala iming-iming atau janji-nya. Buat saya gagal atau sukses dalam pemilu itu hanya masalah takdir.

Semoga pesta demokrasi 2019, PBB bisa kembali eksis untuk memperjuangan dan membela kepentingan NKRI dan umat islam. Semoga rakyat semakin paham dalam memilih partai politik yang benar dan sejiwa dengan semangat membangun bangsa dan negara, jujur dan berkadilan, cerdas dan berani melawan kedzholiman.

Maju dan terus tetap semangat, selamat Milad untuk PBB yang ke-20. Semoga Allah SWT meridhoi perjuangan kita di PBB di tahun 2019 nanti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *