Wujudkan Ketahanan Pangan, Pendampingan Petani Dilakukan READSI

oleh -264 views
oleh

BELU – Pendampingan petani terus dilakukan Kementan untuk menaikan produktivitas dan kualitas pertanian. Katalisnya melalui program Rural Empowetment Agricultural and Development Scaling Up Initiative (READSI). Dengan penguatan komunikasi dan sinergi di semua lini, pertanian Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) optimistis bisa swasembada pangan. Menjadi pilar penting pendukung ketahanan pangan nasional.

“Peningkatan produksi pertanian harus dilakukan pemerintah daerah. Selain kuantitas, tentu diiringi dengan kenaikan kualitasnya. Potensi-potensi yang ada di daerah tentu akan dioptimalkan melalui READSI. Pendampingan dilakukan untuk menguatkan sumber daya manusia dan tercapainya target produksi berkualitas,” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Belu memiliki profil pertanian yang ideal sebagai salah satu penopang ketahanan pangan nasional. Terbagi dalam 12 kecamatan, 69 desa, dan 12 kelurahan, hasil pertanian Belu optimal memberikan kontribusi PDRB terbesar 21,84% sepanjang rentang 2012-2019. Optimalnya PDRB dari sektor pertanian tidak lepas dari optimalnya luas lahan yang dimiliki oleh Belu.

Mengacu data sensus 2018, Belu memiliki lahan kering seluas 120.834,3 Hektar. Untuk lahan basah mencapai 7.659,7 Hektar, tanaman hortikultura seluas 434 Hektar, lalu budidaya perikanan air tawar/payau 81,2 Hektar. Produksi budidaya perikanan mencapai 129 Ton sepanjang 2018. Khusus perkebunan mencapai 3.293,3 Hektar dengan luas bervariatif yang tersebar pada 9 kecamatan.

“Kementan akan memberikan support penuh terhadap pertanian Belu dan NTT secara umum. Untuk itu, stakeholder pertanian dan khususnya petani harus mengoptimalkan posisi strategis READSI. Ikuti pelatihan yang digelar READSI, segera urus Kartu Tani untuk mempermudah akses pupuk bersubsidi dan lainnya,” terang SYL.

Dengan sumber daya optimal, pertanian Belu memang menghasilkan beragam komoditi produk pertanian. Untuk lahan sawah sepenuhnya mengusahakan padi, lalu padi ladang doyan di tegal, ladang, atau huma. Bagaimana dengan palawija? Untuk komoditi ini didominasi jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Beberapa komoditi pun mengalami pengolahan untuk menaikan value-nya.

“Komitmen kuat Kementan diberikan bagi pertanian Belu dan NTT. Dengan sinergi kuat melalui READSI, pertanian akan maju dan petani sejahtera. Petani di sana juga akan mandiri. Silahkan manfaatkan semua fasilitas READSI untuk menaikan produktivitas dan kualitas pertanian,” jelas Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (Badan PPSDMP) Dedi Nursyamsi.

Menaikan kinerja pertanian demi tercapainya ketahanan pangan nasional, peran strategis dimainkan READSI. Apalagi, READSI mengakar di 6 provinsi dan 18 kota/kabupaten. Selain NTT, READSI hadir di Kalimantan Barat, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Tujuan, menaikan kesejahteraan petani, perbaikan gizi keluarga, dan memberikan akses luas simpan pinjam menurut komoditas.

Didorong oleh program READSI, pengawalan ketat aktivitas pertanian diberikan melalui Fasilitator Desa (FD) dan Tenaga Ahli Pemberdayaan READSI. Mereka terjun langsung membantu petani mengatasi beragam problem pertanian. Bila petani kesulitan modal, maka KUR menjadi solusi terbaik. Untuk akses pupuk bersubsidi, petani bisa menggunakan Kartu Tani yang terus diakselerasi melalui READSI.

“Kementan mengapresiasi kolaborasi antara pusat dan daerah yang terjalin sangat bagus. Kami berharap sistematika teknis ini terus ditingkatkan. Ingat, inovasi tetap harus diberikan. Ide-ide kreatif sangat dibutuhkan di sini. Tetap kerja keras dan kerja cerdas demi kemajuan pertanian secara menyeluruh,” papar Dedi lagi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *