Ini Cara Ditjen PSP Tingkatkan Strategi dan Operasional Hingga 2024

oleh -603 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID, JAKARTA – Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus meningkatkan strategi dan kegiatan operasional sarana dan prasarana guna mendukung peningkatan produksi hingga tahun 2024 mendatang.

“Strateginya dengan peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan dan air, peningkatan infrastruktur dan sarana, penguatan kelembagaan petani, pengembangan dan penguatan pembiayaan pangan dan pertanian,” sebut Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy.

Adapun strategi operasional untuk 2020-2024 tersebut terdiri dari pengembangan lahan rawa pasang surut dan lebak 1 juta ha, pengembangan lahan kering dan tadah hujan (rainfed) 4 juta ha, peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari 100 menjadi 200-300, moderenisasi pangan dan pertanian (mekanisasi). Hingga pengembangan korporasi petani dan asuransi padi dan sapi/kerbau.

Strategi tersebut kemudian diturunkan menjadi kegiatan operasional yang meliputi rehabilitasi jaringan irigasi tersier, irigasi perpompaan, irigasi perpipaan, cetak sawah, optimasi lahan, alat dan mesin pertanian pra panen, pembangunan embung pertanian, bangunan konservasi air dan antisipasi anomali iklim.

“Termasuk pengawalan penyaluran pupuk bersubsidi, asuransi usaha tani padi (AUTP), asuransi usaha ternak sapi/kerbau (AUTS/K),” tambahnya.

Sejak tahun 2015, Ditjen PSP telah melakukan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi tersier; pembangunan sumber-sumber air, alat dan mesin pertanian pra panen juga pascapanen, optimasi lahan; asuransi pertanian. Kegiatan operasional tersebut telah terbukti positif meningkatkan produksi selama ini.

Menurut catatan Ditjen PSP, rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi tersier sepanjang 2015-2018 telah dibangun seluas 3.120.578 ha di seluruh wilayah sentra.

“Kemudian ada pembangunan sumber-sumber air seperti embug, dam parit, long storage dan irigasi perpipaan sebanyak 5.589 unit,” kata Sarwo Edhy

Termasuk alat dan mesin pertanian (Alsintan) pra panen mencapai 1.526.487 unit dan pascapanen sebanyak 8.142 unit.  Sedangkan untuk penyediaan lahan, melalui kegiatan Cetak sawah seluas 217.631 ha serta optimasi lahan 1.166.930 ha.

Dari sisi perlindungan, ada asuransi usaha pertanian yang mencakup 1.987.610 ha dan asuransi ternak sapi yang sudah melindungi 126.831 ekor sapi.

Terkait program utama Kementerian Pertanian untuk optimalisasi lahan rawa melalui kegiatan Serasi, Sarwo Edhy menuturkan strateginya berfokus pada peningkatan produktivitas dan meningkatkan indeks pertanaman (IP).

Kegiatan yang dilakukan yakni pembuatan tanggul, penataan jaringan irigasi dan pembangunan pelengkapnya, pemasangan pompa air, dan lainnya. Targetnya, pada 2019 seluas 500 ribu ha dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan 220 ribu ha, Kalimantan Selatan 153.363 ha dan Sulawesi Selatan 33.505 ha.

“Pengembangan rawa pasang surut dan lebak 1 juta ha pada 2020. Sehingga kepada Kepala Dinas Pertanian di seluruh Indonesia supaya menginventarisir lahan rawa lebak dan diusulkan ke Kami untuk program 2020. Targetnya 1 juta ha,” kata Sarwo Edhy.

Target 500 ribu yang ditetapkan diakui Sarwo masih mengalami beberapa kendala di lapangan. Contoh Kalimantan Selatan dari 250 ribu ha, setelah divalidasi dan verifikasi hanya sanggup 120 ribu ha. Sehingga masih ada sisa yang harus bisa diselesaikan.

Begitu juga Sumatera Selatan dari 250 ribu ha ini kesanggupan sekitar 200 ribu ha. Kemudian Sulawesi Selatan hanya mampu 33 ribu ha.

“Semoga provinsi lainnya yang sudah mengusulkan seperti Lampung, Riau dan Kalimantan Tengah itu bisa selesai,” harapnya.(****)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *