Bandara Komersiil Dihadirkan, FBRGB Digaransi Makin Menjanjikan

oleh -1,328 views
oleh

WAY KANAN – Postur Festival Bamboo Rafting Gedung Batin (FBRGB) 2018 berpeluang tumbuh besar. Akses lebar diberikan melalui pengembangan Bandara Lanudad Gatot Subroto. Bandara ini ditargetkan sudah beralih fungsi menjadi sipil di penghujung 2018.

FBRGB tahun depan diprediksi akan bertambah meriah. Potensi arus kunjungan wisatawan digaransi semakin besar. Sebab, kemudahan aksesibilitas udara akan diberikan menuju venue FBRGB, Sungai Way Besai, Way Kanan, Lampung. Garansinya adalah pengembangan dan alih fungsi Bandara Lanudad Gatot Subroto. Bandara ini akan disulap menjadi badara komersiil.

“Dukungan bagi pariwisata Way Kanan akan diberikan. Fokusnya infrastrukur, khususnya akses udara menuju Way Kanan. Bandara internasional akan dibuat di Way Kanan dengan memanfaatkan Lanudad Gatot Subroto,” jelas Wakil Bupati Way Kanan Edward Anthony, Minggu (28/10).

Mobilitas wisatawan menuju Sungai Way Besai akan semakin nyaman. Sebab, perjalanan menuju Way Kanan saat ini ditempuh melalui darat. Durasi waktu tempuhnya sekitar 5 jam. Aksesnya ditembus dari Bandara Radin Inten, Lampung Selatan. Edward menambahkan, kemudahan mobilitas bagi wisatawan harus diberikan.

“Akses udara harus dibuka. Kemudahan akses harus diberikan guna mendukung pergerakan wisatawan. Tujuannya tentu untuk kembangkan pariwisata di Way Kanan. Kami ini sangat gembira karena impian memiliki bandara sendiri segera terwujud. Kami manfaatkan Lanudad yang ada,” terangnya lagi.

Secara geografis, Lanudad Gatot Subroto berada di wilayah Way Tuba, Way Kanan. Posturnya sangat menjanjikan. Lanudad ini sudah memiliki runway sepanjang 2.100 meter. Berdasarkan Rakor Percepatan Pemanfaatan Lanudad Gatot Subroto, Selasa (14/8), runway bandara ini akan diperpanjang menjadi 2.400 meter. Harapannya, agar pesawat berbadan sedang poros Jakarta-Way Tuba-Palembang bisa mendarat.

“Sinergi untuk pengembangan akan dilakukan. Hari Selasa besok (30/10) Pak Bupati Way Kanan akan melakukan paparan di Jakarta. Kami optimistis, sebelum tahun anggaran 2018 ini berakhir, bandara komersiil sudah beroperasi secara penuh. Sebab, kami juga harus memanfaatkan momentum pergantian tahun baru,” kata Edward.

Berstatus Lanudad, bandara ini lebih sering didarati pesawat Hercules. Sebelumnya, maskapai Susi Air pernah melayani poros Way Tuba. Namun, masa edar beroperasinya tidak lama. Poros Way Tuba ini pun dinilai menjanjikan. Mengacu survey 2011, poros ini dilewati 40 orang per harinya. Untuk pasar lokal, berasal dari Way Kanan, Lampung Utara, Lampung Barat, bahkan beberapa daerah di Sumatera Selatan.

“Aksesibilitas menjadi kunci utama. Rencana pengembangan bandara komersiil di Way Kanan ini sangat bagus. Untuk merespon bandara komersiil dan arus masuk wisatawan, Way Kanan harus menyiapkan atraksinya. FBRGB ini sangat potensial, pun demikian juga dengan Kampung Wisata Gedung Batin,” Kasubbag Hukum, Kepegawaian, dan Organisasi Kemenpar Herry Sastrawan.

Lebih khusus, Herry menerangkan, penataan secara menyeluruh harus dilakukan di Kampung Wisata Gedung Batin. Kekayaan berupa rumah tradisional harus ‘dipoles’ dan sanitasinya diperhatikan. Value lain berupa produk unggulan daerah juga harus dihadirkan di sana. Lebih lanjut lagi, venue ini juga bisa menyajikan destinasi digital dengan konsep kekinian. Tujuannya, mengakomodir kepentingan milenial.

“Way Kanan dan Gedung Batin punya potensi besar. Semua harus dioptimalkan dan dikemas lebih unik dan menarik. Tujuannya untuk menghadirkan kesan dan experience terbaik bagi wisatawan. Way Kanan bisa belajar dari Banyuwangi dan Danau Toba. Destinasi ini punya banyak event. Kualitasnya luar biasa. Pariwisata di sana terus berkembang bahkan memberi impact positif bagi perekonomian,” tutur Herry.

Menggunakan Banyuwangi sebagai acuan, The Sun Rise of Java tumbuh pesat di berbagai lini. Memakai pariwisata sebagai trigger, makro pertumbuhan ekonominya ada di level 5,6%. Angka ini unggul 0,53% dari nasional dan leading 0,15% atas Jawa Timur. Pengangguran terbuka turun 50% di angka 3,07%, lalu PDRB naik 115,4%. Riilnya di angka Rp69,9 Triliun. Perkapita naik 109% di angka Rp43,65 Juta.

Bagaimana Danau Toba? Mereka menyiapkan beragam atraksi terbaik untuk merespon optimalisasi jalur udara Bandara Silangit. Impactnya, daerah di kawasan Danau Toba tumbuh signifikan. PAD Kabupaten Samosir pada 2017 naik 81%, angka riilnya Rp.70,96 Miliar. Perhotelan tumbuh 351%. Sektor hiburan melejit hingga 8.830%, lalu industri kuliner melalui restoran pun tumbuh 84%.

“Aksesibilitas udara sangat vital dan memberi pengaruh besar kepada pertumbuhan daerah. Ada banyak manfaat yang bisa dioptimalan oleh Way Kanan. Pariwisata sudah saatnya menjadi core di Way Kanan. Kalau pariwisata di Way Kanan lebih dioptimalkan, pasti akan memberi manfaat besar,” tegas Plt Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Kemenpar I Ni Wayan Giri Adnyani.

Dikembangkannya bandara komersiil di Way Kanan pun direspon positif Menteri Pariwisata Arief Yahya. Menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dalam #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok mengungkapkan, dengan beragam potensinya, poros udara Way Tuba di Way Kanan harus menjadi perhatian para operator maskapai penerbangan.

“Poros udara Way Kanan akan menjadi ladang bisnis menjanjikan. Maskapai sudah mulai harus bersiap untuk mebuka rute baru ke sana. Dengan sinergi positif semua stakeholder, kawasan Way Kanan akan tumbuh menjadi destinasi pariwisata unggulan. Kemenpar pasti akan memberikan support,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *