Wayang Ajen Disiarkan Secara Nasional oleh Pro 4 Suara Budaya RRI Jakarta

oleh -111 views
oleh

JAKARTA – Wayang kekinian, Wayang Ajen, diperkenalkan secara luas melalui acara Apresiasi Budaya Sunda (APDAUN) yang disiarkan secara nasional oleh Pro 4 Suara Budaya Jakarta 92.8 FM RRI Jakarta, Selasa (11/4/2023).

Dalam kesempatan itu, Ki Dalang Wawan Ajen menyampaikan ucapan duka cita atas wafatnya maestro dalang Sunda, RH Tjejep Supriadi, di Karawang.

Kepada host Rahmawati & Atep Gunawan, Wawan memperkenalkan nama Wayang Ajen.

“Istilah Ajen sendiri diambil dari Bahasa Sunda yang artinya harga atau nilai. Ajen artinya menghargai atau sesuatu yang diberikan penghormatan atau penghargaan. Wayang Ajen lahir dari proses kesadaran generasi muda pada wayang golek Sunda tradisi yang asli dengan eksplorasi kreatif dari Tradisi sebagai sumber inspirasi,” katanya

Wawan menjelaskan, Wayang Ajen sebagai Identitas diri (branding). Membranding dari Wayang Golek Sunda, merekontruksi pola-pola lama dengan cara kekinian. Artinya membaca tradisi dengan cara-cara modern sesuai jamannya.

“Branding dalam kontek ini adalah suatu image secara keseluruhan atau tentang pandangan publik terhadap suatu gaya pertunjukan. Setiap hal-hal yang kasat mata dalam sebuah bentuk pertunjukan Wayang, mulai dari logo, citra, lakon, desain pemanggungan, gaya pertunjukan, karakter, kredibilitas, hingga ciri visual pertunjukan itu juga termasuk dalam branding Wayang Ajen,” terangnya.

Wayang Ajen sendiri merupakan wayang kontemporer yang inspirasinya bersumber dari wayang golek dan ragam wayang lainnya. Wayang ini bisa memainkan lakon apa saja.

“Tentu yang di dalamnya terdapat berbagai unsur kreatifitas seni budaya, nilai sosial bagi masyarakat dan tokoh/pelaku seni lainnya untuk bisa merasakan manfaatnya dengan berkolaborasi/dilibatkan yang saling melengkapi,” katanya.

Wayang Ajen diciptakan pada tahun 1998 oleh Wawan Gunawan (Ki Dalang Wawan Ajen) dan nama Ajen ini diberikan oleh Prof. Dr.Arthur S. Nalan, M. Hum (mantar Rektor ISBI Bandung).

“Pertunjukan Wayang Ajen pertamakali dipentaskan di Gedung Kautamaan Pewayangan Taman Indonesia di TMII Jakarta dengan membawakan lakon berjudul Kidung Kurusetra berkolaborasi dengan grup Sandiwara Miss Tjitjih Jakarta pada tahun 1999 dalam acara Pekan Wayang Nasional,” terangnya.

Konsep Pagelaran Wayang Ajen mengedepankan Spirit Sapta Ajen, yaitu nilai spiritual, budaya, kreatif, komunikasi, ekonomi, komitmen dan keberlanjutan.

“Struktur pertunjukan Wayang Ajen disesuaikan dengan format teater modern dengan pendekatan konsep dramaturgi. kreatif dengan spirit kreasi dalam menyikapi pengembangan wayang golek Sunda, dalam perpaduan potensi kultur menuju bentangan wayang Indonesia yang mendunia,” ujarnya.

Wayang Ajen menembus dimensi ruang dan waktu menuju peradaban dunia melalui spirituaitas nilai tontonan dan tuntunan seni wayang yang lebih universal. Terbukti dari tahun 2001-2020 sudah puluhan negara dijelajahi oleh tim wayang ajen Indonesia.

Di Zaman modern atau di era milenial, Wayang Ajen mengedepankan kreatifitas: inovasi, adaptasi, kolaborasi, konsistensi dan progresif secara berkelanjutan.

“Wayang Ajen mengkolaborasikan wayang golek, multimedia, wayang kulit, seni tari, komposisi musik, dan seni lainnya dalam sebuah pertunjukan. Wayang ini juga didukung penataan artistik panggung, keserasian tata cahaya, tata suara, serta kostum yang harmonis, layaknya sebuah konser yang diminati anak muda,” katanya lagi.

Wawan Ajen mengatakan, Wayang Ajen juga membuka kelas kursus pedalangan bagi anak-anak, sanggar seni tari untuk mewadahi para generasi muda dan pelaku-pelaku di bidang kesenian pertunjukan seperti Tari, Karawitan, Budaya, dan Pariwisata.

“Selain itu juga Wayang Ajen menyediakan penyewaan kostum tradisional dan juga melakukan berbagai campaign yang dikemas secara menarik melalui workshop/menerima kunjungan dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi untuk edukasi dan apresiasi dan edukasi seni budaya melalui seni pertunjukan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terkait keberadaan dari Wayang Ajen itu sendiri,” jelasnya.

Wawan menambahkan, Wayang Ajen memiliki program baru yaitu galeri dan ruang pameran, perpustakaan wayang yang dapat dikunjungi oleh wisatawan.

“Hal tersebut sebagai bukti bahwa Wayang Ajen tetap concern pada pelestarian, perawatan, ruang perpustakaan pendokumentasian Budaya Wayang yang telah ditetapkan UNESCO pada tahun 2003 sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity”,” katanya.

Kepada para pelaku seni/seniman, Wawan mengimbau harus tetap aktif kreatif dan produktif serta ada keberlanjutan. Jadikanlah berbagai hambatan sebagai peluang baru untuk menciptakan dan memberikan nilai tambah dalam peningkatan kesejahteraan yang lebih berkah.

“Hal ini merupakan langkah nyata untuk regenerasi seniman kedepannya. Kami juga memberikan motivasi pencerahan dan sharing ilmu terkait teknik olah garap wayang, seni pedalangan, moral, etika, prilaku tatanan dan norma kehidupan sebagai sumber yang dapat diolah dalam lakon wayang. Seniman harus mempunyai karakter, kolaborasi, loyalitas dan konsistensi. Penggabungan antara skill dan hobby menjadi sikap profesional,” katanya.

Wawan menegaskan jika pelestarian Wayang juga harus tetap berkelanjutan jangan sampai mandek, tentu harus didukung dengan berbagai stakeholder yang mengedepankan prinsip-prinsip berkualitas dan berkelanjutan.

“Pengembangan Wayang yang berkualitas dan berkelanjutan adalah pegembangan Wayang yang memperhatikan dengan seksama dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, makhluk hidup dan ekonomi untuk masa kini dan masa depan yang lebih maslahat,” ujarnya.***