Alquran Al Akbar Palembang, Lokasi Seru Untuk Ngabuburit Dan Hunting Foto

oleh -2,178 views
oleh

SUARAJATIM.CO.ID – Bingung mencari lokasi untuk menikmati Pesona Ramadan 2018? Kota Palembang, Sumatera Selatan, bisa masuk dalam daftar. Kota Pempek ini memiliki banyak destinasi dan ikon-ikon Islami yang bisa dijelajahi.

Yang pasti, recommended buat kalian yang sedang hunting. Khususnya untuk ikut lomba foto dan video GenPI di Instagram, Facebook, Youtube, dan blog.

Destinasi religi di Palembang terdiri dari masjid, museum hingga tempat-tempat yang menyimpan jejak sejarah peradaban Islam masa lalu. Tapi, destinasi wisata religi yang tak boleh dilewatkan adalah Alquran Al Akbar.

Museum Alquran Al Akbar atau yang juga sering disebut Alquran Raksasa, sangat digandrungi wisatawan saat Bulan Suci Ramadan. Kemegahan lembaran kayu ukuran besar yang terukir ayat-ayat suci Alquran, berada di Jalan Moh Amin, Gandus, Kota Palembang.

Sejak dibuka sebagai tempat wisata religi pada 2010 lalu, banyak wisatawan baik lokal maupun mancanegara datang. Mereka dibuat penasaran untuk melihat langsung Alquran raksasa itu. Apalagi setelah dinobatkan sebagai Alquran terbesar dan terberat di dunia oleh Museum Rekor Indonesia (Muri).

Juru Kunci Museum Alquran Al Akbar, Asri mengatakan, biasanya pengunjung yang datang ingin mengisi waktu menunggu azan magrib. Atau bahasa kerennya ngabuburit. Banyak pengunjung yang asyik berfoto dengan Alquran raksasa ini. Namun ada juga yang ingin membacanya.

Tempat ini juga menjadi lokasi untuk buka puasa bersama. Selama bulan Ramadan, setidaknya ada 300 hingga 500 anak dari pesantren serta yatim piatu yang berbuka bersama di Alquran Al Akbar. Sembari menunggu buka puasa, mereka juga membaca Alquran.

“Bila ingin membaca Alquran ini, pengunjung harus naik lantai satu per satu. Ada lima lantai di dalam museum Alquran ini. setiap lantainya berisi 3 juz. Alquran ini memiliki tinggi hingga 15 meter dan lebar 8 meter,” jelas Asri, Minggu (20/5).

Asri menjelaskan, pembuatan Alquran bernilai seni tinggi ini menghabiskan 45 kubik kayu tembesu. Ada 316 lembar kayu tembesu yang diukir lengkap sampai 30 juz. Dalam setiap lembar ayat suci Alquran, memiliki tinggi 177 cm dan lebar 40 cm dengan berat 50 kilogram.

“Alquran raksasa ini murni karya anak Palembang. Semuanya ada 27 orang. Setiap lembar pengukiran langsung diawasi Sofwatillah Mohzaib yang merupakan hafiz Alquran dan diawasi anggota DPR RI,” ungkap Asri.

Setelah selesai diukir menggunakan kertas karton, Alquran dikemudian dicek terlebih dahulu, jika sudah dipastikan benar. Barulah dicetak menggunakan kertas minyak dan ditempelkan ke kayu tembesu, sehingga langsung diukir menggunakan pahat.

Alquran yang terdiri dari 630 halaman ini, dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman bagi pemula. Setiap lembar terpahat ayat suci Alquran pada warna dasar kayu coklat. Lengkap dengan huruf arab timbul warna kuning. Juga dengan ukiran motif kembang di bagian tepi ornamen khas Palembang yang sangat indah dipandang dan enak dibaca.

Proses pengerjaan Alquran ini memakan waktu 8 tahun. Selain terkendala biaya, proses ketelitian pembuatannya juga memakan waktu yang tidak sedikit. “Tahun 2002 dibuat dan selesai 2009. Pengerjaannya sempat terhenti karena kehabisan biaya. Biaya yang dihabiskan untuk menyelesaikan Alquran Al Akbar kurang lebih Rp 2 miliar,” ungkap Asri.

Para pengunjung tidak dikenakan patokan harga untuk memasuki lokasi. Tapi ada celengan besar untuk menampung infaq pengunjung yang diperuntukan bagi anak yatim piatu.

“Hanya sebatas mencatat saja, yang datang dari mana. Tidak ada dikenakan biaya pengunjung. Kita cuma siapkan celengan untuk infaq, uang ini akan disalurkan untuk anak yatim,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, Indonesia mempunyai potensi pariwisata berbasis religi yang sangat lengkap dan diakui dunia. Komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi. Hal ini juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.

Indonesia sendiri mempunyai karakterisktik yang sangat lengkap. Mulai dari Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Buddha, Khonghucu dan bahkan beragam kepercayaan lokal yang diperkirakan mencapai jumlah 245 kepercayaan.

“Potensi wisata religi di Indonesia sangatlah besar. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah penduduk Indonesia, dimana hampir semuanya adalah umat beragama, merupakan potensi tersendiri bagi berkembangnya wisata religi di Nusantara,” ujar Menpar Arief Yahya.

Menpar Arif Yahya menambahkan, pergerakan Wisata religi berdampak baik. Apalagi peristiwa wisata secara spiritual akan meningkatkan keimanan baik lahir dan batin. Selain itu, wisata religi dapat pula meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena, roda ekonomi berputar dan terjadi multiplier effect.

“Dewasa ini telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan. Tren tersebut adalah perubahan paradigma pariwisata dari “sun, sand and sea” menjadi “serenity, sustainability and spirituality”. Berkaitan dengan tren tersebut UNWTO telah memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan global atau 30 persen dari total keseluruhan wisatawan global melakukan kunjungan ke situs-situs religius di seluruh dunia, baik yang berdasar pada motif spiritual ataupun motif kognitif,” jelas Menpar Arief Yahya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *